Tuesday, February 9, 2010

Cakra dan Lysa: I Remember (Edisi 2)

Pacar saya selalu bilang, jadi anak kuliahan jangan cuma kupu-kupu alias kuliah-pulang, kuliah-pulang. Dia selalu bilang kalau teori-teori, tugas-tugas, dan nilai-nilai hanya akan membantu kita sebesar dua puluh persen di kehidupan nyata. Selebihnya, nilai IPK tidak akan membantu banyak. Aktif berorganisasi, selalu memperbanyak teman, menambah wawasan di luar mata kuliah, dan terjun ke masyarakat akan membuat mata kita terbuka. Kita akan sadar kalau hidup tak akan terselesaikan hanya dengan nilai akademis sempurna di tangan.

“Percuma nilai IPK kamu 4 tapi tidak tahu cara bekerja sama, tidak punya link, dan tidak tahu seperti apa kondisi masyarakat yang sebenarnya…begitu keluar dari kampus, kamu akan kaget karena ternyata banyak hal berbeda yang tidak kamu pelajari ketika kuliah…” katanya.

“Tapi bukan berarti kamu menyepelekan nilai, Lysa…Seperti yang aku bilang, nilai memang hanya akan membantu kita sebesar 20 persen. Sisanya, kita harus cari di luar kampus.Hmm, katakanlah kamu mau mencari harta karun di hutan. Kamu nggak mau kan masuk hutan tanpa perbekalan sama sekali? Anggaplah 20 persen itu bekal sebelum kamu berusaha mencari sisanya…” lanjutnya.

Kadang saya heran. Tercipta dari apakah pacar saya itu? Di tengah kesibukannya sebagai presiden BEM di Fakultas Ekonomi, anggota aktif UKM sepak bola di kampusnya, belum lagi aktivitasnya di sebuah LSM yang bergerak di bidang lingkungan, oh dan jangan lupa bisnis game online dan warung makan yang ia jalani bersama teman-temannya di Depok sana, Rahyang masih bisa mendapat IPK di atas 3,5! Tahun depan dia akan berangkat ke Jepang selama satu tahun untuk student exchange.

Saya cuma bisa geleng-geleng kepala. Seringnya sih gigit jari dengan semua aktivitas yang dilakukan Rahyang.

“Mumpung masih muda. Ambil kesempatan sebanyak mungkin… ” begitu katanya.

Anyway, apa yang dikatakan Rahyang memang benar. Jangan cuma jadi kupu-kupu. Apalagi kunang-kunang (kuliah-nangkring, kuliah-nangkring). Saya pun mengikuti nasihatnya. Maka, saya pun mulai aktif berorganisasi. Mengikuti kepanitiaan ini-itu. Saya juga terdaftar sebagai anggota aktif forum mahasiswa hukum se-Indonesia. Saya juga mati-matian mempertahankan IPK di atas 3,5. Saya tidak mau kalah dari Rahyang. Saya bangga punya pacar sehebat Rahyang. Dia pun harus bangga punya pacar seperti saya.

Desember, satu tahun yang lalu.

Saya selalu suka bulan Desember. Bukan, bukan karena bulan ini saya berulang tahun (for your information, I was born on May). Banyak hari penting di bulan ini. Dari mulai peringatan hari AIDS, hari anti korupsi, hari ibu, sampai peringatan Hak Asasi Manusia. Biasanya, fakultas saya mengadakan event yang berhubungan dengan hari-hari penting itu. Ya, inilah kesempatan saya untuk ikut andil dalam kegiatan tersebut. Dan kali ini saya menjadi panitia peringatan hari HAM. Saya suka sekali menjadi bagian dari kepanitiaan ini. Selain tujuan acaranya bagus, konten acaranya juga tidak membosankan. Bukan hanya berisi seminar, talkshow, dan diskusi yang bikin kepala mumet karena pelanggaran HAM yang makin sering terjadi di negara ini, melainkan juga berisi hal-hal yang digemari anak muda pada umumnya; ada pertunjukkan musik dari band indie yang sedang populer, musikalisasi puisi, tari-tarian, pertunjukkan teater, lomba fotografi, lomba menulis essay, serta lomba mendesain kaos.

Setelah persiapan selama kurang lebih dua bulan, event peringatan HAM pun digelar pada 10 Desember. Saya masuk divisi marketing yang memang sibuk sebelum hari H. Jadi hari ini, saya lebih banyak menikmati acara ketimbang bekerja. Sambil menunggu acara selanjutnya, saya pun berjalan keluar aula. Saya berjalan ke loby, bermaksud melihat-lihat karya para finalis lomba fotografi yang dipajang di sana.

Ada sepuluh foto yang dipajang di sana. Semuanya mengusung tema yang sama:Hak Asasi Manusia. Lalu sampailah saya pada sebuah foto yang dipajang di paling kiri ruangan. Saya mengamati foto itu dengan seksama.Dari semua foto yang terpajang, saya paling suka foto ini. Sepertinya foto ini paling “bernyawa”. Dalam foto itu terdapat seorang ibu, sepertinya berumur tiga puluhan, beserta dengan dua orang anak lelaki. Si ibu menggendong seorang balita yang tengah menangis. Anak satunya lagi,yang sepertinya berumur tak lebih dari sepuluh tahun, berjalan di sebelah ibunya sambil menguap. Mungkin si anak baru bangun tidur. Dahi si ibu terluka dan mengeluarkan darah. Sepertinya si ibu baru tersungkur atau kejeduk. Entahlah. Pipi kirinya lebam, seperti baru dipukuli.Melihat foto itu, pikiran saya langsung berkelebat tak tentu arah. Mata saya tiba-tiba berkaca-kaca. Dengan mata nanar, saya melihat sebuah kertas kecil yang tertempel di bawah foto tersebut.

Judul: Escape

Karya: Cakrawala Madya Putra

“Wah, ada panitia yang lagi merhatiin foto saya. Lagi dinilai ya Mbak?” tanya sebuah suara di belakang saya.Saya kaget dan buru-buru menghapus air mata yang hampir jatuh ke pipi.

“Sayang jurinya bukan dari panitia Mas, tapi di datangkan langsung dari sekolah fotografi Darwis Triadi…” jelas saya sambil menoleh ke belakang. Saya terpaku ketika melihat sosok orang tersebut. Sepertinya orang ini tak asing. Sepertinya saya pernah melihat orang ini. Tapi dimana ya? Orang di depan saya pun sepertinya sedang mengingat-ingat. Dia mengernyitkan dahi dan menatap wajah saya lekat-lekat.

“Kayaknya saya pernah ketemu Mbak deh…Tapi dimana ya?”

“…”

“…”

Aha!

“Di travel! Novel Little Prince! Ingat?” seru saya sambil setengah berteriak.

“Oh,Iya! Benar! Mbak yang ketemu di travel! Wah, wah, wah…nggak nyangka ya bisa ketemu di sini! Mbak kuliah di Hukum ternyata?”

“Iya! Kebetulan sekali ya Mas…Iya, saya kuliah di sini. Mas sendiri di jurusan apa?”

“Oh, saya sih bukan kuliah di sini…saya kuliah di FSRD, ngambil DKV. Kebetulan saya tau ada lomba fotografi di sini, ya iseng aja ikutan. Kali menang kan lumayan hadiahnya…”

“OH, kamu suka fotografi ya?”

“Ya lumayan, mengisi kekosongan aja sih…”

“Ini…ini karya kamu?”

“Iya. Kenapa? Aneh ya?”

“Nggak, bagus kok. Bernyawa. Saya nggak terlalu ngerti fotografi sih…Tapi kalau saya jadi jurinya, saya pasti milih foto kamu sebagai juaranya.”

“Ah, kamu berlebihan…foto lain lebih bagus-bagus! Oh ya, saya Cakra.” ujar lelaki itu sambil mengulurkan tangannya.

“Saya Lysabrina. Panggil aja Lysa,” jawab saya sambil membalas uluran tangannya.

“…”

“…”

“Eh,kok bisa dapet foto kaya gitu? Ini bukan rekayasa kan? Jangan-jangan kamu bayar orang untuk difoto kayak gitu.”

“Hahahaha, enak aja! Haram hukumnya merekayasa foto. Semua terjadi secara kebetulan. Hmm, tapi saya rasa itu bukan kebetulan juga sih. Saya percaya kalau everything happens for a reason. Saya berada di tempat itu, hari itu, pada jam itu, lalu melihat seorang ibu membawa anak-anaknya dengan keadaan terluka, kemudian memotretnya,apakah itu sebuah kebetulan? Saya rasa tidak…Bahkan, orang yang duduk di sebelah kita ketika naik angkot pun bukan kebetulan. Semua sudah ada yang mengatur… “

“Dan apa kabar dengan pertemuan tidak sengaja kita? Dua kali pula! Apakah itu kebetulan? Saya rasa juga tidak…”

“Hahahaha. Kamu betul. Kenapa dari semua foto yang terpajang,kamu memerhatikan foto saya?”

“Iya, betul! Dan kejadian di travel itu…hahahahaha. Aneh juga ya? Nggak masuk akal!”

“Iya…”

“Eh, eh, kayaknya si MC lagi mengumumkan pemenang lomba deh…”

“Oh ya? Ya udah kita masuk ke dalem aja yuk…”

Kami pun memasuki aula. Memang benar, sang MC sedang membacakan para pemenang lomba.

“Masih ngumumin pemenang desain nih…” seru Cakra.

“Iya. Eh, foto itu, hmmm, ibu itu…dia kenapa luka-luka gitu?”

“Dipukulin suaminya.Dan hari itu dia memutuskan untuk keluar dari rumahnya. Mengakhiri penderitaannya. Makanya saya memberi judul ‘escape’ pada foto tersebut…”

“KDRT…Hhh…ya, tiap perempuan punya hak untuk dihargai. Hak kesetaraan gender…”

“Termasuk HAM juga kan?”

“Ya iya dong…eh, itu, si MC lagi ngumumin pemenang foto…”

“Wah…deg-degan nih saya…”

“Hahahaha…”

Dan juara satu untuk lomba fotografi adalah…Foto dengan judul…wah, pasti kalian udah nggak sabar ya…??? Pemenangnya adalah…Ohya, sebelumnya, pemenang akan mendapatkan hadiah sebesar lima juta rupiah…wah, lumayan banget kan…pemenangnya adalah…foto dengan judul...ESCAPE karya Cakrawala Madya Putra…Tepuk tangan untuk pemenang…dan untuk Cakrawala silakan naik ke atas panggung…

“Wah! Apa kata saya! Kamu menang…Selamat ya…”

“Wow, saya menang!!! Saya naik ke atas panggung dulu ya…Kamu jangan kemana-mana!”

Lelaki bernama Cakra itu pun naik ke atas panggung.

“Lysa,lo kemana aja? Gue cariin dari tadi… Eh anter gue dulu ke rumah makan…” tiba-tiba Tasya, koor Marketing saya, muncul dari arah belakang.

“Hah, ngapain?”

“Iya nih ada sedikit masalah sama rumah makan itu. Waktu kemarin kan di MOU-nya mereka deal buat ngasih makan panitia dan pengisi acara sebanyak 100 dus. Eh nggak taunya cuma dikasih 85 dus! Makanya sekarang mau protes ke rumah makan itu…Ayo cepet, gue udah kesel banget nih…”

“Hmm…ya udah deh yuk…” jawab saya setengah hati. Ah, kenapa sih harus ada masalah di tengah acara begini!Saya pun membuntuti Tasya ke arah parkiran.

Dari kejauhan saya melihat Cakra menerima hadiah dan berfoto bersama.

Tak lama berselang, Cakra turun dari panggung. Ia kemudian berjalan ke tempat ia dan Lysa berdiri tadi. Ia ingin berbagi kebahagiaan dengan perempuan bernama Lysa itu. Namun ketika sampai ke tempat semula, orang yang dicari sudah tidak ada. “Oh, mungkin Lysa sedang ke toilet,” pikir Cakra. Semenit, dua menit, lima menit ia menunggu, tapi Lysa tidak juga kembali ke tempat itu. Ia pun mencari ke seluruh aula.Tapi perempuan itu benar-benar hilang. Entah pergi kemana.

0 comments: