Si kereta marjinal,
Bukan sekedar tukang antar
Setiap gerbongnya menetas cerita
Di balik bordesnya ada kehidupan
Ini bukan sembarang kereta,
Ini kereta paling istimewa
Wajah-wajah lelah penuh peluh
Berdesakan berebut oksigen
Bau ketiak campur parfum murahan menyeruak
Asap rokok tak mau kompromi
Mengepul di sana- sini
Orang lalu lalang, teriak-teriak
Menjajakan apa saja,
Asal bisa bawa pulang uang;
“Lem tikus…lem tikus…
minum…minum…minum…
tahu…tahu…tahunya mas…
jeruk, jeruk lima ribu saja…
senter, alat tulis, jam tangan,
pisau dapur,…#%$”
Dari kejauhan terdengar musik dangdut
Ada yang bernyanyi dengan nada sumbang
Kemudian meminta balas kasih,
Tak apa, asal bisa makan, katanya
Kondektur tiba memeriksa karcis,
Seribu rupiah saja harganya,
Itupun banyak yang tak beli
Malah memilih berdiri di atas gerbong
Di dalam sana, tiap orang saling curiga
Barang bawaan dipegang erat-erat
Takut penumpang sebelah copet
Yang siap mengambil dompet
Si kereta marjinal,
Meski renta tak pernah mati
Meski buruk rupa tak pernah dicela
Di dalamnya ada potret realita
Ini bukan sembarang kereta,
Ini kereta paling istimewa.
Friday, April 2, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment