Wednesday, July 28, 2010

Janin

“Saya tidak bisa melakukan ini,”
“Ayolah, kita sudah membicarakan ini! Kita sudah sepakat untuk melakukannya! Hari sudah semakin gelap. Ayo kita masuk! “
“Saya…saya tidak bisa. Bukan, bukan. Saya tidak mau! Ini tidak akan berhasil, sayang…Tidak akan!Apa yang kita lakukan hanya akan memperburuk keadaan. Tidak akan mengubah apapun…”
“Maria, ayolah, jangan mengacaukan semuanya!”
“Sudahlah,Muhammad. Saya mau pulang!”
“Saya mohon Maria…Ayo kita masuk!Ini demi hubungan kita…DEMI KITA!!!”
“Kamu egois! Ini bukan hanya tentang KITA. Bagimana dengan orang-orang di sekitar kita? Bagaimana reaksi orang tua kita kalau tahu saya hamil di luar nikah?”
“Tapi ini satu-satunya cara agar kita bisa bersama, Maria! Demi tuhan,kenapa kamu jadi goyah seperti ini? Kita sudah merencanakan semua, ingat? Kita sengaja menanamkan janin di rahimmu agar bisa terus bersama! Ini satu-satunya cara agar tidak ada lagi yang menghalangi hubungan kita…”
” Rencana kita? Ini rencanamu! Saya setuju karena saya tidak berpikir jernih. Tapi setelah dipikir-pikir, ini bukan satu-satunya cara. Saya tidak akan pernah memberitahu mereka,”
“Kenapa kamu berubah seperti ini?”
“Kamu mau tahu alasannya Muhammadku sayang? Kalau saya melangkahkan kaki ke sana, ke rumah orang tua saya… kalau mereka sampai tahu saya hamil, saya jamin mereka akan lebih mengutuki kita. bukan hanya kita, melainkan juga janin yang ada di dalam kandungan saya…”
“…”
“Dan apa kamu pernah memikirkan bagaimana nasib janin ini? Jika dilahirkan, sampai kapanpun dia akan dianggap sebagai anak haram! Saya tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya nanti. ..seumur hidup dia akan dihina…anak haram, anak haram! istilah itu akan terus menempel di pundaknya sampai dia mati… saya tidak sanggup… “
“…”
“kalau sampai lahir, janin ini akan kebingungan. apakah akan mengikuti ibunya pergi misa atau mengikuti ayahnya berpuasa? dia tidak akan diterima oleh kakek-nenek mereka. apalagi jika ia memilih kepercayaan yang tak sesuai dengan keyakinan mereka…dan kita akan terus bertikai seumur hidup. terus saling curiga. baik secara langsung maupun tidak, kita akan terus mengintervensinya agar mengikuti jejak keyakinan kita… “
“itu tidak akan terjadi, Maria. Kita sudah sepakat akan membiarkan janin ini yang memilih…”
“saya ragu, sayang. Sekarang saja kita sudah egois seperti ini. Buktinya, tidak ada di antara kita yang mau mengalah. Apalagi nanti, sepuluh dua puluh tahun yang akan datang? Kita pasti ingin dia mewarisi nilai-nilai keagamaan kita… “
“Saya tidak tahu harus berkata apa. yang jelas saya melakukan ini demi kita. saya mencintai kamu, Maria! Saya akan lakukan apapun agar kita bersama…”
” ah, terlambat semuanya!kita telah melakukan kesalahan…andai saja bisa kembali ke masa lalu, saya pasti tidak akan bermain api seperti ini. demi tuhan, saya mencintai kamu, Muhammad. satu-satunya hal yang bisa membuat saya tetap hidup adalah dengan mencintai kamu… “
“…”
“bukankah seharusnya cinta adalah hal terhebat yang pernah tuhan ciptakan? Bukankah cinta milik siapa saja tanpa mengenal rongga perbedaan? bukankah ia yang menyuruh kita agar mencintai dengan tulus? Bukankah semua yang ada di muka bumi adalah kuasa-Nya, rencana-Nya? Bukankah berarti pertemuan kita termasuk ke dalamnya? kenapa tuhan sungguh tak adil? Mengapa Dia membuat kita menderita, padahal Ia yang merencanakan semua ini?”
“lalu apa yang harus kita lakukan? APA? Apa saya harus dibaptis agar kita bisa bersama? Katakan, Maria!”
“JANGAN LAKUKAN ITU, MUHAMMAD! saya tidak mau kamu dicap murtad oleh kaummu.tidak ada jalan keluar…selain ini…”
“Maria kamu mau kemana?”

“Saya mencintai janin ini, kamu harus tahu itu. ”
“Maria, JANGAN GILA KAMU! ngapain kamu ke tengah jalan gitu?? Maria ada mobil di belakangmu! Maria kemarii….Mariaaa…..mariaaaa…!!!”
BRAK!!!

1 comments:

Ari said...

Comment ah..

Ini bersambung ya mbak? hehe, pengen follow up =)