Minggu Pagi.
Saya sedang asyik menonton Doraemon di televisi ketika sebuah sms masuk ke ponsel saya.
Drpd nonton Doraemon, mending temenin sy mkn bu2r Pak Amin.
sender: Cakra
Melihat sms itu saya langsung terkejut.
#! Cakra meng-sms saya lagi setelah menghilang akhir-akhr ini!
#2 Kok Cakra tahu saya sedang nonton kartun?
#3 Minta temenin makan bubur Pak Amin? Lho itu kan tukang bubur di depan jalan menuju rumah saya?
JANGAN-JANGAN!
Tanpa ba-bi-bu lagi saya langsung mematikan TV dan bergegas keluar rumah. Kemudian saya berjalan ke ujung jalan. Di sana, di samping sebuah gerobak tukang bubur, saya melihat dua manusia sedang menyantap bubur sambil asyik bercakap-cakap.
“Cakra, ngapain kamu di sini???” tanya saya heran.
“Makan buburlah. Ngapain lagi?” jawab Cakra asal.
“Ngapain makan bubur jauh-jauh segala? Emang di daerah kosan kamu nggak ada yang jualan bubur?”
” Habis bubur di sini katanya enak. Ibu kamu juga bilang gitu. Iya kan Tante?” ujar Cakra sambil meminta persetujuan dari seorang perempuan di samping Cakra. Ya, manusia yang sedari tadi asyik bercakap-cakap dengan Cakra adalah ibu saya. Huh, hampir saja saya menganggap Cakra adalah cenayang karena bisa mengetahui aktivitas orang lain. Tapi sekarang tidak. Rupa-rupanya ibulah yang memberi tahu Cakra kalau saya sedang menonton Doraemon.
“Waktu ibu lagi pesen bubur, tiba-tiba ada yang nyapa dari belakang. Eh, ternyata Cakra…Ya udah atuh , kalian lanjut lagi ngobrolnya ya…Ibu mau pulang dulu. Ntar main dulu ke rumah ya Cakra…” potong Ibu sambil bergegas meninggalkan kami berdua.
For your information, ini memang bukan kali pertama Cakra datang ke rumah saya. Dan dari kunjungan pertama itu, ibu saya langsung suka pada Cakra.
“Cakra pacar kamu?”
“Bukan. Cakra itu temen Lysa, Bu…”
“Ya… kenapa nggak jadi pacar aja? Ganteng ya Cakra…Udah gitu sopan banget. Tipikal anak baik-baik. Ibu suka deh sama Cakra. Kapan-kapan ajak lagi ya main ke rumah…”
Ya begitulah. Cakra, selain misterius dan aneh, juga punya karisma tersendiri. X factor yang membuat dia sangat mudah disukai orang.
“Heh, kok diem aja?” tanya Cakra.
“Ah,eh, apa, kenapa?”
“Nggak. Kamu udah sarapan? Sarapan dulu gih….Habis itu mandi dan langsung ikut saya!” seru Cakra sambil menyuruh saya duduk.
“Ikut kamu? Emang kamu mau kemana?”
” Ah, udah. Jangan banyak tanya. Mang, buburnya satu buat Lysa. Jangan pake kacang, trus sambelnya yang banyak!”
***
“Cakraaaaaaaaaa….kok kamu ngajak saya ke sini???”
“Lho, memang kenapa? Bukannya ini tempat favorit kamu?”
“Bukan, ini tempat kencan impian saya. Dan kamu sudah merusak impian saya, Cakra!”
“Lho kok merusak? Justru saya berusaha mewujudkan impian kamu,”
” Tapi kan saya cuma mau datang ke sini sama someone special! Sama pacar saya kelak,”
“Ya suruh siapa kamu jomblo terus, nggak punya pacar terus…”
“Huh…”
“Ya udah, anggep aja saya pacar kamu. Jadi kencan impian kamu tetap terwujud. Gimana?”
“Huh, dasar orang ini. Ya nggak segampang itulah…”
“Udah ah, bawel. Just enjoy it, Lysa… Yuk, kita masuk ke dalem,”
Setelah membeli tiket, kami langsung masuk ke dalam tempat itu. Dari kejauhan saya bisa melihat puluhan anak kecil sedang menikmati permainan yang ada. Sebagian ada yang asyik main ayunan dan perosotan. Sebagian lagi ada yang asyik naik kereta-keretaan. Begitu melihat ke arah kiri, beberapa anak sedang berfoto ria dengan badut-badut lucu. Ada juga yang sedang membeli gula kapas sambil ditemani ibu-bapaknya. Lagu anak-anak yang terdengar dari pengeras suara membuat suasana tempat ini semakin istimewa.
SELAMAT DATANG DI TAMAN LALU LINTAS !!!
“Aneh banget! Perempuan lain kalau ditanya tempat kencan impian pasti jawabnya; makan malam di resto romantislah, ngeliat sunset di pantailah, ini kok malah di Taman Lalu Lintas???” seru Cakra suatu hari begitu saya menceritakan dimana kencan impian saya.
“Ya itu kan perempuan lain, bukan saya.”
“Kenapa Taman Lalu Lintas?”
“Hmm…kenapa ya? Saya suka aja suasananya. Banyak anak kecil. You know that I really like children. When I was child, my parents used to take me to that place…everytime I go to that place, it recalls me to my childhood memories…”
“Chilldhood…when we just know two words: happiness and hapiness. Hahahahahaha. There’s no obligations, problems, and other shit things. We’re just playin and cryin… Jadi itu alasan kenapa kamu ingin mengajak pacar kamu ke Taman Lalu Lintas? Supaya kamu dan dia hanya merasakan ‘kebahagiaan’? “
“Kinda. Tapi itu bukan sekedar kebahagiaan, Cakra. Rasa bahagia ketika kamu masih kanak-kanak itu berbeda. And it’ll remains till you grow up. Even till you die. Itulah yang ingin saya bagi ke pacar saya. Perasaan-perasaan everlasting seperti itu, “
“Nih buat kamu,” ujar Cakra sembari menyodorkan gula kapas merah muda ke depan muka saya. Saya mengambil gula kapas tersebut dan langsung melahapnya.
“For god sake, i really like this…YUUMMY!!! “
“Hehe, dasar kamu kayak anak kecil. Kesukaanya makan lolipop sama gula kapas…Tapi sama sekali nggak suka es krim dan coklat ya? Aneh.”
“Biarin, suka-suka dong! Eh, ayo kita ke sana!” ujar saya sambil mengajak Cakra ke sebuah ayunan.
“Mana SLR kamu? Fotoin saya doong! Kan cakep tuh, makan gula kapas sambil maen ayunan. Hehehehe…”
“Iya,iya.. Siap bergaya Nona Lysa?”
“Siaaap Pak fotografeerrr!!!”
Hal yang kami lakukan selanjutnya adalah berfoto ria dan melakukan hal-hal kekanakan lainnya. Main ayunan, main perosotan, serta main petak umpet bersama anak-anak yang ada di sana. Tak terasa hari sudah semakin sore. Kami memutuskan untuk pulang. Karena tidak membawa kendaraan, kami pun harus berjalan kaki sampai menemukan angkutan umum yang searah dengan rumah saya.
” What a wonderful date, huh???” ujar Cakra sambil tersenyum.
“Ahahahahahaha…. Yeah. Walaupun kamu sudah merusak kencan impian saya. Tapi nggak apa-apalah. Kamu sudah membayarnya dengan gula kapas dan foto-foto yang keren,hehe… Makasih ya Cakra… “
“Sama-sama Lysa…”
“Cakra?”
“Ya?”
“Kamu kemana aja selama ini? Kok jarang ngehubungin saya? Saya telpon, sms, dan nge-wall nggak pernah dibales. Lagi sibuk ya?”
“Ya, biasa lah…”
“Maaf banget. Bukannya saya mau ikut campur urusan kamu atau apa. Tapi saya khawatir banget. Gimana kalau kamu ternyata tewas di kosan gara-gara kesetrum dan nggak ketauan sama orang-orang? Atau kamu ternyata tersesat di hutan, atau terseret ombak dan terdampar di pulau berhantu? Gimana orang bisa tau dimana kamu berada kalau kamu nggak ngabarin mereka sebelumnya kan?”
“Hahaha. Kamu terlalu banyak nonton sinetron!”
“Tapi bagian saya khawatir itu serius lho…”
“Iya, iya…”
“…”
” Lysa?”
“Ya?”
“Kita mesti nyebrang nih…angkot ke arah rumah kamu ada di sebrang jalan sana,”
“Iya. Saya tau. Terus kenapa?”
“Janga di sini nyebrangnya. Yuk kita ke sana,” kata Cakra sambil mengajak saya ke jalan yang ada tanda zebra crossnya.
“Kalau menyebrang itu harus di zebra cross. Kalau ketabrak, kamu akan dijamin undang-undang lalu lintas karena menyebrang di tempat yang seharusnya…” ujar saya dan Cakra berbarengan. Kami saling pandang dan langsung tertawa. Cakra memang selalu melontarkan kata-kata itu setiap kali kami menyebrang. Tak heran saya sampai hapal dengan kalimat tersebut.
“Lysa?”
“Ya? Mau nyuruh saya nyebrang di zebra cross lagi?? Ini kan kita udah nyebrang di zebra cross,”
” Saya udah jadian,” kata Cakra datar.
Saya terkejut. Saking terkejutnya sampai tidak bisa berkata-kata. Speechless. Untung Cakra buru-buru menggiring saya ke tepi jalan. Kalau tidak, saya mungkin sudah ketabrak.
“Lysa? Kamu bai-baik saja kan? Maaf baru ngasih tahu sekarang…”
“Eh,eh, baik kok. Wah, kamu udah jadiaaaan!!! Selamaaat yaaaa Cakra, ting ting ting!!! Akhirnya, setelah tiga tahun menjomblo, kamu dapat pacar juga!!! Berarti persepsi saya yang menganggap kamu homo itu salah! Hihihihiihi” cerocos saya panjang lebar. Pura-pura bahagia.
“Enak aja! Saya normal tau!”
“Heheheh. Anak mana emang? Hmmm, pantesan aja kamu ngilang belakangan ini. Rupa-rupanya ada yang lagi sibuk pedekate…lalalalala”
“Satu kampus juga kok sama kamu. Tapi dia di Jatinangor. Anak fikom.”
“Berarti mesti bulak-balik Jatinangor-Taman Sari dong? Wah, anak fikom ya. Pasti cantik deh. Kan anak fikom cantik-cantik. Nyambung juga sama kamu yang anak DKV. Kenalin dong sama saya!” demi tuhan saya tidak tahu apa yang sedang saya bicarakan. I’m out of control.
“Hahahaha. Ga apa-apalah. Cari suasana baru. Iya gampang ntar saya kenalin,”
“Eh, angkotnya udah ada tuh. Saya pulang dulu ya! Jangan lupa kenalin saya sama pacar baru kamu! Pajak jadiannya jangan lupa!!!” ujar saya sambil menyetop sebuah angkot.
“Saya anterin ya?”
“Aduh nggak usah, Cakra! Saya kan bisa pulang sendiri..oke,oke, dadaaaah…jangan lupa PJ! Salam buat pacar baru kamu ya…” jawab saya sambil menaiki angkot.
Tiba-tiba ada perasaan aneh dalam diri saya. Tak lama kemudian pandangan saya kabur. Sesuatu yang panas mengalir dari mata saya. Air mata.
Friday, February 5, 2010
Puntang-Panting di Puntang
Setelah berabad-abad lamanya tidak ngaleut, akhirnya saya diberi kesempatan lagi untuk bisa berkumpul dengan para pegiat Aleut. Maka Minggu (13/12) lalu, saya sengaja bangun pagi-pagi (padahal malamnya baru tidur jam empat subuh), mandi, dangdos, dan langsung berangkat ke Tegalega dengan menggunakan Elf.
Sampai di Tegalega, saya bertemu dengan para Pegiat Aleut yang saya cintai dan banggakan. Ada BR, Teh Cici, Teh Ana, A Yanto, Adi, Budhi, Bey, Eby, Icha, Dila, Ayan, Dimas, Cepy, Teh Yanstri, dan Elgy. Setelah semua pegiat datang, kami pun langsung menuju Wahana Gunung Puntang dengan menyewa angkot.
Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam, akhirnya kami sampai diWahana Gunung Puntang. Gunung ini berada di daerah Bandung Selatan. Actually, I don’t know where it’s located. Pokoknya daerah Banjaran deh….
Gunung yang menjulang tinggi berselimutkan ribuan pepohonan hijau dan udara yang bersih langsung membuat saya takjub. Beruntunglah. Di zaman semua developer berlomba-lomba untuk mengubah kawasan hijau menjadi deretan villa mewah, masih ada orang yang peduli dengan eksistensi kawasan hijau seperti Wahana Gunung Puntang. Ya setidaknya sampai saat ini.
Setelah membayar karcis sebesar Rp.5000, kami pun mulai memasuki kawasan tersebut. Tak berapa lama kemudian, seorang pemandu datang dan mulai berbincang-bincang dengan BR. Saya tidak tahu persis apa yang mereka bicarakan. Tapi sepertinya BR meminta petunjuk dari si pemandu tentang jalur dan tempat mana yang akan kami kunjungi hari itu. Akhirnya, Gua Jepang dan Curug Gentong menjadi tujuan perjalanan kami.
Sebelum mendaki gunung, kami beristirahat sejenak di sebuah warung. Sebagian pegiat sibuk memesan makanan, sedangkan saya memilih berfoto ria di reruntuhan radio dorf yang letaknya tak jauh dari warung tersebut. Radio dorf adalah sebuah desa/perkampungan yang menjadi tempat tinggal para pekerja Radio Malabar. Radio Malabar adalah radio yang dibuat oleh kolonial Belanda. Radio ini digunakan untuk berkomunikasi langsung dengan pemerintahan Belanda. Penasaran dengan sejarah Radio Malabar, saya langsung googling. Seperti dikutip dari www.pikiran-rakyat.com, Radio Malabar dibuat oleh seorang berkebangsaan Belanda bernama Dr. de Groot. Ketika itu, Stasiun Pemancar Malabar sangat fenomenal karena antena yang digunakan untuk memancarkan sinyal radio memiliki panjang lebih dari 2 km. Antenna tersebut membentang di antara Gunung Malabar dan Halimun dengan ketinggian mencapai 500 meter dari dasar lembah. Hebatnya lagi, penerima sinyal ini sampai ke Padalarang (yang jaraknya 15 m ) dan bahkan ke Rancaekek (18 m). Selain mendapatkan informasi soal kehebatan Rado Malabar, saya juga mendapatkan foto bangunan pemancar radio Malabar. Ini dia fotonya (KEREN BANGET BANGUNANNYA…!!!)
[navigasi.net] Tempat Bersejarah - Gunung Puntang Foto tahun 1925 ,
bangunan pemancar radio Malabar, sayang sudah dibumi hangus,
karena dicurigai dipakai sarang mata-mata pada saat perang kemerdekaan.
Tak hanya bangunan pemancar radio Malabar yang dibumihanguskan, radio dorf juga bernasib sama. Katanya sih, radio dorf dibumihanguskan oleh pribumi pada saat peristiwa Bandung Lautan Api. Saya sendiri belum sempat memferivikasi informasi tersebut. Jadi kalau ada teman-teman yang tahu tentang hal ini, tolong diinformasikan ya kebenarannya….
Karena perut sudah minta diisi, saya pun bergegas ke warung dan memesan semangkuk bakso. Sambil makan bakso, saya dan para pegiat Aleut pun bercengkrama. Setelah melahap habis semua makanan, kami pun memulai perjalanan. Tujuan pertama kami adalah gua peninggalan Belanda. Di depan gua, seorang pemandu sudah menunggu sambi membawa sebuah petromak. Kemudian kami pun memasuki gua tersebut. Gua ini sama seperti gua pada umumnya. Gelap, pengap, becek, dan banyak kelelawarnya. Di dalam gua terdapat sebuah lapisan yang terbuat dari beton. Si pemandu berkata bahwa dulu gua tersebut menjadi tempat penyimpanan alat-alat pemancar. Makanya dibuat lapisan beton agar tidak terkena tetesan air.
Setelah puas melihat gua, kami pun mulai mendaki. Ditemani tiga orang pemandu, selama perjalanan menuju Curug Gentong, kami menemukan berbagai hal unik. Kami melewati sebuah kolam yang diberi nama “Kolam Cinta” karena bentuknya yang seperti hati. Kami juga harus menaiki anak tangga tua, beberapa kali menyusuri sungai, menyebrangi jembatana gantung, dan melewati padang rumput yang sangat cantik. Dasar narsis, setiap menemukan tempat yang unik, kami pasti langsung ambil pose untuk berfoto.
Banyak tanjakan atau turunan terjal yang sulit untuk dilewati ketika melakukan perjalanan ini. Kami juga diingatkan pemandu untuk berhati-hati terhadap beberapa jenis pohon dan tanaman. Salah satunya adalah tanaman Tereuptep. Tanaman ini berbentuk seperti hati dan terdapat banyak duri di daunnya. Jika kita terkena durinya, maka tubuh kita akan gatal dan terasa perih. Beberapa orang dari kami sempat terkena duri tanaman tersebut. Untunglah saya memakai jaket sehingga terhindar dari “sengatan” Tereupteup.
Setelah melakukan pendakian selama kurang lebih tiga jam, akhirnya kami sampai di Curug Gentong. Ternyata air terjunnya tidak seperti yang saya bayangkan. Air terjunnya tidak luas. Jadi kami tidak leluasa untuk bergerak. Untuk mencapai Curug Gentong saja, kami mesti melewati jembatan yang terbuat dari batang pohon yang ditelentangkan. Ngeriiii… Teh Cici saja sampai menangis ketika melewati jembatan itu.
Ketika memasukkan kaki ke dalam air, saya langsung merinding. Airnya dingin banget! Mirip dengan air yang didinginkan dalam kulkas. Boro-boro mau berenang di curug itu, alih-alih saya malah kedinginan. Setelah beristirahat sejenak, kami pun bergegas pulang karena hari sudah menjelang sore. Langit juga sudah terlihat mendung. Melewati turunan dan tanjakan terjal lagi, melewati tanaman Tereupteup yang menakutkan itu lagi, serta menyusuri sungai yang airnya dingin seperti es lagi. Jujur, saya benar puntang-panting ketika mengikuti perjalanan ini. Pertama, karena kondisi fisik saya memang sedang kurang fit (kurang tidur dan kurang makan). Kedua, karena saya sudah lama tidak naik gunung. Dan ketiga, jalurnya terjal (bahkan pemandunya bilang kalau kami lah orang pertama yang melewati jalur tersebut) sehingga beberapa kali saya terperosok. Keempat, karena saya tidak membawa cukup bekal uang dan makanan sehingga saya merasa puntang-panting sekali. Namun setidaknya, meskipun puntang- panting, saya tetap merasa bangga karena bisa menaklukan Puntang hari itu.
Sampai di Tegalega, saya bertemu dengan para Pegiat Aleut yang saya cintai dan banggakan. Ada BR, Teh Cici, Teh Ana, A Yanto, Adi, Budhi, Bey, Eby, Icha, Dila, Ayan, Dimas, Cepy, Teh Yanstri, dan Elgy. Setelah semua pegiat datang, kami pun langsung menuju Wahana Gunung Puntang dengan menyewa angkot.
Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam, akhirnya kami sampai diWahana Gunung Puntang. Gunung ini berada di daerah Bandung Selatan. Actually, I don’t know where it’s located. Pokoknya daerah Banjaran deh….
Gunung yang menjulang tinggi berselimutkan ribuan pepohonan hijau dan udara yang bersih langsung membuat saya takjub. Beruntunglah. Di zaman semua developer berlomba-lomba untuk mengubah kawasan hijau menjadi deretan villa mewah, masih ada orang yang peduli dengan eksistensi kawasan hijau seperti Wahana Gunung Puntang. Ya setidaknya sampai saat ini.
Setelah membayar karcis sebesar Rp.5000, kami pun mulai memasuki kawasan tersebut. Tak berapa lama kemudian, seorang pemandu datang dan mulai berbincang-bincang dengan BR. Saya tidak tahu persis apa yang mereka bicarakan. Tapi sepertinya BR meminta petunjuk dari si pemandu tentang jalur dan tempat mana yang akan kami kunjungi hari itu. Akhirnya, Gua Jepang dan Curug Gentong menjadi tujuan perjalanan kami.
Sebelum mendaki gunung, kami beristirahat sejenak di sebuah warung. Sebagian pegiat sibuk memesan makanan, sedangkan saya memilih berfoto ria di reruntuhan radio dorf yang letaknya tak jauh dari warung tersebut. Radio dorf adalah sebuah desa/perkampungan yang menjadi tempat tinggal para pekerja Radio Malabar. Radio Malabar adalah radio yang dibuat oleh kolonial Belanda. Radio ini digunakan untuk berkomunikasi langsung dengan pemerintahan Belanda. Penasaran dengan sejarah Radio Malabar, saya langsung googling. Seperti dikutip dari www.pikiran-rakyat.com, Radio Malabar dibuat oleh seorang berkebangsaan Belanda bernama Dr. de Groot. Ketika itu, Stasiun Pemancar Malabar sangat fenomenal karena antena yang digunakan untuk memancarkan sinyal radio memiliki panjang lebih dari 2 km. Antenna tersebut membentang di antara Gunung Malabar dan Halimun dengan ketinggian mencapai 500 meter dari dasar lembah. Hebatnya lagi, penerima sinyal ini sampai ke Padalarang (yang jaraknya 15 m ) dan bahkan ke Rancaekek (18 m). Selain mendapatkan informasi soal kehebatan Rado Malabar, saya juga mendapatkan foto bangunan pemancar radio Malabar. Ini dia fotonya (KEREN BANGET BANGUNANNYA…!!!)
[navigasi.net] Tempat Bersejarah - Gunung Puntang Foto tahun 1925 ,
bangunan pemancar radio Malabar, sayang sudah dibumi hangus,
karena dicurigai dipakai sarang mata-mata pada saat perang kemerdekaan.
Tak hanya bangunan pemancar radio Malabar yang dibumihanguskan, radio dorf juga bernasib sama. Katanya sih, radio dorf dibumihanguskan oleh pribumi pada saat peristiwa Bandung Lautan Api. Saya sendiri belum sempat memferivikasi informasi tersebut. Jadi kalau ada teman-teman yang tahu tentang hal ini, tolong diinformasikan ya kebenarannya….
Karena perut sudah minta diisi, saya pun bergegas ke warung dan memesan semangkuk bakso. Sambil makan bakso, saya dan para pegiat Aleut pun bercengkrama. Setelah melahap habis semua makanan, kami pun memulai perjalanan. Tujuan pertama kami adalah gua peninggalan Belanda. Di depan gua, seorang pemandu sudah menunggu sambi membawa sebuah petromak. Kemudian kami pun memasuki gua tersebut. Gua ini sama seperti gua pada umumnya. Gelap, pengap, becek, dan banyak kelelawarnya. Di dalam gua terdapat sebuah lapisan yang terbuat dari beton. Si pemandu berkata bahwa dulu gua tersebut menjadi tempat penyimpanan alat-alat pemancar. Makanya dibuat lapisan beton agar tidak terkena tetesan air.
Setelah puas melihat gua, kami pun mulai mendaki. Ditemani tiga orang pemandu, selama perjalanan menuju Curug Gentong, kami menemukan berbagai hal unik. Kami melewati sebuah kolam yang diberi nama “Kolam Cinta” karena bentuknya yang seperti hati. Kami juga harus menaiki anak tangga tua, beberapa kali menyusuri sungai, menyebrangi jembatana gantung, dan melewati padang rumput yang sangat cantik. Dasar narsis, setiap menemukan tempat yang unik, kami pasti langsung ambil pose untuk berfoto.
Banyak tanjakan atau turunan terjal yang sulit untuk dilewati ketika melakukan perjalanan ini. Kami juga diingatkan pemandu untuk berhati-hati terhadap beberapa jenis pohon dan tanaman. Salah satunya adalah tanaman Tereuptep. Tanaman ini berbentuk seperti hati dan terdapat banyak duri di daunnya. Jika kita terkena durinya, maka tubuh kita akan gatal dan terasa perih. Beberapa orang dari kami sempat terkena duri tanaman tersebut. Untunglah saya memakai jaket sehingga terhindar dari “sengatan” Tereupteup.
Setelah melakukan pendakian selama kurang lebih tiga jam, akhirnya kami sampai di Curug Gentong. Ternyata air terjunnya tidak seperti yang saya bayangkan. Air terjunnya tidak luas. Jadi kami tidak leluasa untuk bergerak. Untuk mencapai Curug Gentong saja, kami mesti melewati jembatan yang terbuat dari batang pohon yang ditelentangkan. Ngeriiii… Teh Cici saja sampai menangis ketika melewati jembatan itu.
Ketika memasukkan kaki ke dalam air, saya langsung merinding. Airnya dingin banget! Mirip dengan air yang didinginkan dalam kulkas. Boro-boro mau berenang di curug itu, alih-alih saya malah kedinginan. Setelah beristirahat sejenak, kami pun bergegas pulang karena hari sudah menjelang sore. Langit juga sudah terlihat mendung. Melewati turunan dan tanjakan terjal lagi, melewati tanaman Tereupteup yang menakutkan itu lagi, serta menyusuri sungai yang airnya dingin seperti es lagi. Jujur, saya benar puntang-panting ketika mengikuti perjalanan ini. Pertama, karena kondisi fisik saya memang sedang kurang fit (kurang tidur dan kurang makan). Kedua, karena saya sudah lama tidak naik gunung. Dan ketiga, jalurnya terjal (bahkan pemandunya bilang kalau kami lah orang pertama yang melewati jalur tersebut) sehingga beberapa kali saya terperosok. Keempat, karena saya tidak membawa cukup bekal uang dan makanan sehingga saya merasa puntang-panting sekali. Namun setidaknya, meskipun puntang- panting, saya tetap merasa bangga karena bisa menaklukan Puntang hari itu.
Labels:
Jalan-jalan,
Ngaleut
Cakra dan Lysa:Ada Apa Dengan Cakra?
Cakra menghilang.
Untuk kesekian kalinya dia seperti ini.
DiSMS, nggak dibalas.
Akun YM, Facebook, dan Twitternya offline.
Ditelfon,nggak diangkat.
” Saya nggak terlalu suka nelpon atau ngangkat telefon orang. Kalau masih bisa SMS, buat apa nelpon? Buang-buang pulsa aja…” ujarnya suatu hari. Dasar lelaki ini, cuek banget sih orangnya! Kalau ada orang yang nelpon karena ada hal yang mendesak atau penting gimana?
“Ya SMS juga nyampenya paling berapa detik doang. Nggak selama ngirim surat lewat kantor pos kan?”
Oke.Saya menyerah. Dia selalu punya alasan untuk mempertahankan apa yang dia rasa benar. Haaaah, dia nggak tau sih kalau beberapa provider malah lebih memurahkan tarif nelpon ketimbang SMS.
Sudahlah. Toh orangnya juga nggak ada di sini.
YA.
Dimana dia?
Sebenarnya saya ingin datang ke kosannya. Namun saya urungkan niat itu. Kayaknya sih dia nggak ada di kosannya. Mungkin sedang kembali ke rumah orang tuanya? Entahlah. Maybe he just needs privacy.
Seperti yang saya bilang tadi,kisah menghilangnya Cakra bukan terjadi kali ini saja. Seingat saya, selama kita berteman, sudah beberapa kali dia menghilang seperti ini. Tiba-tiba susah dihubungi, tak lama kemudian dia kembali dengan wajah-polos-tak-berdosa khasnya. Setiap saya tanya kenapa dia susah dihubungi, dia selalu bilang:
“Biasalah, ada kerjaan. Hape di silence, jadi nggak kedengeran. Tenang, jangan khawatir.I’m Ok, Lysa….buktinya saya sekarang ada di depan kamu, iya kan?”
“Tenang?Tenang kamu bilang?Bagaimana saya bisa TENANG kalau kamu susah dihubungi? Gimana kalau kamu kenapa-kenapa?Kalau kamu tersesat di hutan dan dimakan binatang buas? Atau jatuh dari tebing? Apa saya masih bisa tenang?”
“Ahahahahaha. Kamu kebanyakan nonton sinetron! Lagian kamu kok udah kayak pacar saya aja sampai khawatir berlebih gitu?Kenapa, nggak bisa jauh-jauh dari saya ya??? Kangen sama saya? Ahahahahaha”
Iya juga ya? Kok saya mesti khawatir berlebih seperti itu? Saya kan bukan PACARNYA! Nanti dia ke-GR-an! Disangkanya saya SUKA sama dia! Argghhh….salah ngomong!
Ah, whatever.
Ini bukan tentang saya khawatir atau kangen atau apalah namanya itu. BUKAN. Sebenarnya saya penasaran! Kenapa dia sering menghilang tiba-tiba? Terlebih, kenapa dia tidak pernah mau cerita kemana dia pergi atau apa yang dia lakukan selama menghilang itu pada saya?
Jujur saja, selama ini saya merasa dia menyembunyikan sesuatu dari saya. Bahkan saya merasabanyak hal yang ia sembunyikan dari saya. Pada dasarnya, dia itu seorang introvert yang tidak terlalu suka menceritakan hidupnya pada orang lain. Meskipun pada teman dekatnya. Oke, itu hak dia. Tapi saya menangkap hal lain dari sikapnya itu. Dibalik sikapnya yang super baik, dia itu sebenarnya sangat misterius. Dia tak pernah memberikan kesempatan bagi orang lain untuk membaca isi hati dan pikirannya. Dia selalu memberi jarak, membatasi diri agar tak ada seorang pun yang bisa menyentuhnya. Orang bilang mata itu cerminan hati. Tapi ketika saya menatap matanya, saya tetap tak bisa memecahkan keganjilan itu. Saya tak tahu apa yang sedang dipikirkannya, apa yang ada dalam hatinya, apakah dia sedang bicara jujur atau tidak…
Oke, saya memang bukan cenanyang yang bisa membaca pikiran orang. Tapi saya terlahir dengan intuisi yang cukup tajam. Gini-gini, intuisi saya sering tepat sasaran. Nah, begitu dekat dengan Cakra, saya sudah menangkap sesuatu yang ganjil. Awalnya saya tidak menghiraukan intuisi tersebut. Tapi lama-kelamaan, intuisi itu semakin kuat. Dia menyembunyikan sesuatu dari saya. Terkadang, saya merasa dia memiliki kepribadian ganda.Entahlah. Kadang saya merasa dia itu aktor yang senang memainkan peran-peran orang lain, tanpa pernah menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya.
Ada Apa Dengan Cakra?
Untuk kesekian kalinya dia seperti ini.
DiSMS, nggak dibalas.
Akun YM, Facebook, dan Twitternya offline.
Ditelfon,nggak diangkat.
” Saya nggak terlalu suka nelpon atau ngangkat telefon orang. Kalau masih bisa SMS, buat apa nelpon? Buang-buang pulsa aja…” ujarnya suatu hari. Dasar lelaki ini, cuek banget sih orangnya! Kalau ada orang yang nelpon karena ada hal yang mendesak atau penting gimana?
“Ya SMS juga nyampenya paling berapa detik doang. Nggak selama ngirim surat lewat kantor pos kan?”
Oke.Saya menyerah. Dia selalu punya alasan untuk mempertahankan apa yang dia rasa benar. Haaaah, dia nggak tau sih kalau beberapa provider malah lebih memurahkan tarif nelpon ketimbang SMS.
Sudahlah. Toh orangnya juga nggak ada di sini.
YA.
Dimana dia?
Sebenarnya saya ingin datang ke kosannya. Namun saya urungkan niat itu. Kayaknya sih dia nggak ada di kosannya. Mungkin sedang kembali ke rumah orang tuanya? Entahlah. Maybe he just needs privacy.
Seperti yang saya bilang tadi,kisah menghilangnya Cakra bukan terjadi kali ini saja. Seingat saya, selama kita berteman, sudah beberapa kali dia menghilang seperti ini. Tiba-tiba susah dihubungi, tak lama kemudian dia kembali dengan wajah-polos-tak-berdosa khasnya. Setiap saya tanya kenapa dia susah dihubungi, dia selalu bilang:
“Biasalah, ada kerjaan. Hape di silence, jadi nggak kedengeran. Tenang, jangan khawatir.I’m Ok, Lysa….buktinya saya sekarang ada di depan kamu, iya kan?”
“Tenang?Tenang kamu bilang?Bagaimana saya bisa TENANG kalau kamu susah dihubungi? Gimana kalau kamu kenapa-kenapa?Kalau kamu tersesat di hutan dan dimakan binatang buas? Atau jatuh dari tebing? Apa saya masih bisa tenang?”
“Ahahahahaha. Kamu kebanyakan nonton sinetron! Lagian kamu kok udah kayak pacar saya aja sampai khawatir berlebih gitu?Kenapa, nggak bisa jauh-jauh dari saya ya??? Kangen sama saya? Ahahahahaha”
Iya juga ya? Kok saya mesti khawatir berlebih seperti itu? Saya kan bukan PACARNYA! Nanti dia ke-GR-an! Disangkanya saya SUKA sama dia! Argghhh….salah ngomong!
Ah, whatever.
Ini bukan tentang saya khawatir atau kangen atau apalah namanya itu. BUKAN. Sebenarnya saya penasaran! Kenapa dia sering menghilang tiba-tiba? Terlebih, kenapa dia tidak pernah mau cerita kemana dia pergi atau apa yang dia lakukan selama menghilang itu pada saya?
Jujur saja, selama ini saya merasa dia menyembunyikan sesuatu dari saya. Bahkan saya merasabanyak hal yang ia sembunyikan dari saya. Pada dasarnya, dia itu seorang introvert yang tidak terlalu suka menceritakan hidupnya pada orang lain. Meskipun pada teman dekatnya. Oke, itu hak dia. Tapi saya menangkap hal lain dari sikapnya itu. Dibalik sikapnya yang super baik, dia itu sebenarnya sangat misterius. Dia tak pernah memberikan kesempatan bagi orang lain untuk membaca isi hati dan pikirannya. Dia selalu memberi jarak, membatasi diri agar tak ada seorang pun yang bisa menyentuhnya. Orang bilang mata itu cerminan hati. Tapi ketika saya menatap matanya, saya tetap tak bisa memecahkan keganjilan itu. Saya tak tahu apa yang sedang dipikirkannya, apa yang ada dalam hatinya, apakah dia sedang bicara jujur atau tidak…
Oke, saya memang bukan cenanyang yang bisa membaca pikiran orang. Tapi saya terlahir dengan intuisi yang cukup tajam. Gini-gini, intuisi saya sering tepat sasaran. Nah, begitu dekat dengan Cakra, saya sudah menangkap sesuatu yang ganjil. Awalnya saya tidak menghiraukan intuisi tersebut. Tapi lama-kelamaan, intuisi itu semakin kuat. Dia menyembunyikan sesuatu dari saya. Terkadang, saya merasa dia memiliki kepribadian ganda.Entahlah. Kadang saya merasa dia itu aktor yang senang memainkan peran-peran orang lain, tanpa pernah menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya.
Ada Apa Dengan Cakra?
Labels:
Cakra dan Lysa,
Cerita-cerita
Cakra dan Lysa: Si Pohon dan Si Tanah
Cakra
Lysa, sungguh saya tidak bisa berkata-kata dengan manis, apalagi puitis. Tapi saya ingin mengatakan ini. Kapan lagi kamu mendengarkan saya memberikan testimoni tentang kamu tanpa kata-kata sarkastik dan menohok hati? Kamu tahu kan saya paling susah memberikan pujian?You Know me,Lysa. Hahaha, kalau nggak gengsian bukan saya kan namanya?
Oke, let’s start.
Lysabrina Alveriza di mata Cakrawala Madya Putra:
* Kamu itu manis, senyummu menarik (Kamu selalu iri dengan perempuan yang punya kulit putih, wajah indo, dan tinggi semampai. Kamu selalu menganggap diri kamu jelek dan tidak menarik. Tapi percayalah, kamu tidak sejelek itu! Lagian tidak semua lelaki suka tipe Barbie seperti itu. Saya salah satunya!)
* Multitalenta (with those of skills that amazed me…Why is god soooo NICE with you? Sayang, kamu kadang tidak menyadarinya…)
* Baik
KLISE ya? Nggak harus pake acara gini-ginian dan sok-sokan pakai kata-kata manis, romantis, apalagi puitis kalau cuma gitu doang. Pastinya kamu berharap saya mengomentari sesuatu yang lebih dalam dan bermakna, iya kan? Secara saya memang hobi berfilosofi dan hal itulah yang membuat saya terlihat tambah keren di mata kamu. Hahahahaha.
Oke, mari kita berfilosofi kalau begitu.
…
…
…
Hmm, sungguh, saya bingung harus memulainya darimana.
Aneh.
Padahal biasanya saya paling lancar urusan beginian.
Hmm…
Apakah kamu tahu jika ekspresi matamu yang meneduhkan itu selalu bisa membuat saya merasa tenang dan nyaman?
Kamu seperti pohon yang rindang. Saat saya merasa tertekan dengan kehidupan,kepanasan, atau ketika butuh teman bicara, saya akan selalu menemuimu. Bersandar di batangmu yang kokoh dan kuat, bercerita panjang lebar sambil menangis atau tertawa. Tak jarang saya ketiduran di sana. Tapi kamu tak merasa keberatan. Kamu tak menganggap saya benalu. Kamu justru melindungi saya dengan daun mu yang rindang dan tebal.
Kalau diibiratkan sebagai pohon, kamu jenis pohon apa ya? Mungkin kamu seperti pohon Ek yang kuat dan besar atau seperti pohon Cemara yang evergreen dan tahan dingin. Entahlah. Saya kurang paham soal dunia tanaman dan tumbuh-tumbuhan. Yang pasti di mata saya, kamu adalah pohon yang sempurna. Daunmu yang hijau dan rindang, bungamu yang cantik, akarmu yang kuat, serta batangmu yang besar dan tinggi. Bahkan terlalu tinggi hingga saya tak dapat
menyentuhnya.
Kamu terlalu sempurna. Sehingga kamu tak terjangkau. Tak tersentuh. Inikah yang membuatmu jadi tak terurus,sendiri dan kesepian? Orang-orang yang datang bersandar pergi satu-persatu saat hujan mengguyur karena takut kebasahan atau tersambar petir. Sebagian orang menuliskan nama mereka di batangmu,kenang-kenangan katanya, tapi mereka tidak pernah kembali untuk sekedar memberi pupuk atau mencabuti daunmu yang telah kering . Bahkan ulat pun hanya hinggap sesaat, dan pergi saat ia menjadi kupu-kupu.
Gimana?
Keren kan filosofi saya?
Cakra tea atuh jagoan!!! Hahahahaha.
Apakah kamu pernah menyadarinya, Lysa?
Apakah kamu pernah menyadari kalau kamu itu istimewa, terlebih bagi saya?
Kamu selalu bilang saya adalah orang yang paling sempurna sejagad raya ini. Iya, itu memang betul, tapi kamu juga sama sempurna dan kerennya seperti saya. Hahahaha.
Gapapa kan jadi orang terkeren kedua setelah saya?
hahahahaha.
Serius, Cakra, serius!
Oke, mari kita lanjutkan.
Kamu tahu? Sebenarnya saya ingin menjadi tanah, yang akan selalu menopangmu untuk berdiri tegak. Menjadi pijakan saat buahmu terjatuh. Menguraikanmu saat mati, dan menumbuhkanmu ke permukaan untuk dapat berdiri lagi…
Tetapi pohon dan tanah hanya sebatas “rantai alam”. Pohon tersebut tak dapat menguasai tanah seorang diri, dia harus rela berbagi dengan makhluk hidup dan tumbuhan lain. Mungkin kamu merasa ini tidak adil. Atau merasa si tanah sangat rakus. Tapi kita berbicara tentang realita. Suka tak suka, si pohon harus BERBAGI.
***
” Cakraaaaaa, kamu lagi apaaa? Saya boleh masuk ke dalem nggak?” Tiba-tiba dari arah luar terdengar sebuah suara yang sudah saya hapal betul. Sedetik kemudian si empunya suara muncul sambil membawa satu box J.Co.
” Kamu lagi apa? Lagi ngedit foto atau ngedesain sesuatukah? Ohya, selamat lebaraaaan. Nih saya bawain donat kesukaan kamu…” ujar Lysa sambil bergerak ke arah saya.
Saya buru-buru menutup Word dan langsung berdiri mendekati Lysa.
” Enggg, iya ni…lagi iseng aja ngeditin foto lamaa. Eh, kita jalan-jalan yuk? Tapi saya mau ganti baju dulu. Jadi kamu keluar dulu ya….oke, oke?” Ujar saya sambil mendorong Lysa keluar dari kamar kostan.
Detik berikutnya, saya menutup pintu sambil tak lupa menguncinya dan buru-buru menyimpan tulisan tadi di sebuah folder yang langsung saya hidden agar tidak ada seorang pun (baca: Lysa) yang dapat menemukannya.
Terima kasih untuk Mia yang telah memberikan filosofi tentang si pohon dan embel-embel lainnya. Ternyata chatting sampai malam buta ada hikmahnya juga ya? Nggak cuma bergosip, bergunjing,bermimpi, mengeluh, ngabodor, dan berserapah aja kan? Tapi juga bisa memaknai sesuatu.Belajar sesuatu. Saling transfer banyak hal.
i really Like This, love you…=)
Lysa, sungguh saya tidak bisa berkata-kata dengan manis, apalagi puitis. Tapi saya ingin mengatakan ini. Kapan lagi kamu mendengarkan saya memberikan testimoni tentang kamu tanpa kata-kata sarkastik dan menohok hati? Kamu tahu kan saya paling susah memberikan pujian?You Know me,Lysa. Hahaha, kalau nggak gengsian bukan saya kan namanya?
Oke, let’s start.
Lysabrina Alveriza di mata Cakrawala Madya Putra:
* Kamu itu manis, senyummu menarik (Kamu selalu iri dengan perempuan yang punya kulit putih, wajah indo, dan tinggi semampai. Kamu selalu menganggap diri kamu jelek dan tidak menarik. Tapi percayalah, kamu tidak sejelek itu! Lagian tidak semua lelaki suka tipe Barbie seperti itu. Saya salah satunya!)
* Multitalenta (with those of skills that amazed me…Why is god soooo NICE with you? Sayang, kamu kadang tidak menyadarinya…)
* Baik
KLISE ya? Nggak harus pake acara gini-ginian dan sok-sokan pakai kata-kata manis, romantis, apalagi puitis kalau cuma gitu doang. Pastinya kamu berharap saya mengomentari sesuatu yang lebih dalam dan bermakna, iya kan? Secara saya memang hobi berfilosofi dan hal itulah yang membuat saya terlihat tambah keren di mata kamu. Hahahahaha.
Oke, mari kita berfilosofi kalau begitu.
…
…
…
Hmm, sungguh, saya bingung harus memulainya darimana.
Aneh.
Padahal biasanya saya paling lancar urusan beginian.
Hmm…
Apakah kamu tahu jika ekspresi matamu yang meneduhkan itu selalu bisa membuat saya merasa tenang dan nyaman?
Kamu seperti pohon yang rindang. Saat saya merasa tertekan dengan kehidupan,kepanasan, atau ketika butuh teman bicara, saya akan selalu menemuimu. Bersandar di batangmu yang kokoh dan kuat, bercerita panjang lebar sambil menangis atau tertawa. Tak jarang saya ketiduran di sana. Tapi kamu tak merasa keberatan. Kamu tak menganggap saya benalu. Kamu justru melindungi saya dengan daun mu yang rindang dan tebal.
Kalau diibiratkan sebagai pohon, kamu jenis pohon apa ya? Mungkin kamu seperti pohon Ek yang kuat dan besar atau seperti pohon Cemara yang evergreen dan tahan dingin. Entahlah. Saya kurang paham soal dunia tanaman dan tumbuh-tumbuhan. Yang pasti di mata saya, kamu adalah pohon yang sempurna. Daunmu yang hijau dan rindang, bungamu yang cantik, akarmu yang kuat, serta batangmu yang besar dan tinggi. Bahkan terlalu tinggi hingga saya tak dapat
menyentuhnya.
Kamu terlalu sempurna. Sehingga kamu tak terjangkau. Tak tersentuh. Inikah yang membuatmu jadi tak terurus,sendiri dan kesepian? Orang-orang yang datang bersandar pergi satu-persatu saat hujan mengguyur karena takut kebasahan atau tersambar petir. Sebagian orang menuliskan nama mereka di batangmu,kenang-kenangan katanya, tapi mereka tidak pernah kembali untuk sekedar memberi pupuk atau mencabuti daunmu yang telah kering . Bahkan ulat pun hanya hinggap sesaat, dan pergi saat ia menjadi kupu-kupu.
Gimana?
Keren kan filosofi saya?
Cakra tea atuh jagoan!!! Hahahahaha.
Apakah kamu pernah menyadarinya, Lysa?
Apakah kamu pernah menyadari kalau kamu itu istimewa, terlebih bagi saya?
Kamu selalu bilang saya adalah orang yang paling sempurna sejagad raya ini. Iya, itu memang betul, tapi kamu juga sama sempurna dan kerennya seperti saya. Hahahaha.
Gapapa kan jadi orang terkeren kedua setelah saya?
hahahahaha.
Serius, Cakra, serius!
Oke, mari kita lanjutkan.
Kamu tahu? Sebenarnya saya ingin menjadi tanah, yang akan selalu menopangmu untuk berdiri tegak. Menjadi pijakan saat buahmu terjatuh. Menguraikanmu saat mati, dan menumbuhkanmu ke permukaan untuk dapat berdiri lagi…
Tetapi pohon dan tanah hanya sebatas “rantai alam”. Pohon tersebut tak dapat menguasai tanah seorang diri, dia harus rela berbagi dengan makhluk hidup dan tumbuhan lain. Mungkin kamu merasa ini tidak adil. Atau merasa si tanah sangat rakus. Tapi kita berbicara tentang realita. Suka tak suka, si pohon harus BERBAGI.
***
” Cakraaaaaa, kamu lagi apaaa? Saya boleh masuk ke dalem nggak?” Tiba-tiba dari arah luar terdengar sebuah suara yang sudah saya hapal betul. Sedetik kemudian si empunya suara muncul sambil membawa satu box J.Co.
” Kamu lagi apa? Lagi ngedit foto atau ngedesain sesuatukah? Ohya, selamat lebaraaaan. Nih saya bawain donat kesukaan kamu…” ujar Lysa sambil bergerak ke arah saya.
Saya buru-buru menutup Word dan langsung berdiri mendekati Lysa.
” Enggg, iya ni…lagi iseng aja ngeditin foto lamaa. Eh, kita jalan-jalan yuk? Tapi saya mau ganti baju dulu. Jadi kamu keluar dulu ya….oke, oke?” Ujar saya sambil mendorong Lysa keluar dari kamar kostan.
Detik berikutnya, saya menutup pintu sambil tak lupa menguncinya dan buru-buru menyimpan tulisan tadi di sebuah folder yang langsung saya hidden agar tidak ada seorang pun (baca: Lysa) yang dapat menemukannya.
Terima kasih untuk Mia yang telah memberikan filosofi tentang si pohon dan embel-embel lainnya. Ternyata chatting sampai malam buta ada hikmahnya juga ya? Nggak cuma bergosip, bergunjing,bermimpi, mengeluh, ngabodor, dan berserapah aja kan? Tapi juga bisa memaknai sesuatu.Belajar sesuatu. Saling transfer banyak hal.
i really Like This, love you…=)
Labels:
Cakra dan Lysa,
Cerita-cerita
Tentang Kematian (Mengenang mereka yang pergi lebih dulu)
Meninggal
Wafat
Tewas
Gugur
Mampus
Modar
Mati
M-A-T-I
Kata-kata di atas sungguh menjadi momok bagi kita, manusia. Tak sedikit orang yang menghindari kata itu. Tiap kali mendengar atau mengucapkan kata tersebut, bulu kuduk kita pasti langsung berdiri. Otak kita langsung tertuju pada bayangan-bayangan mengerikan soal kematian. Banyak orang yang takut mati. Deathphobia (tentu saya mengarang bebas istilah ini karena saya tak tahu apa sebutan untuk orang yang parno pada kematian). Sungguh kita tak dapat membayangkan jika sewaktu-waktu nyawa kita diambil dengan cara-cara yang tak dapat diprediksikan, dari mulai cara konvensional (sakit misalnya) sampai cara yang tragis (dibunuh misalnya). Tubuh kita kaku, membiru, dan busuk. Tertimbun tanah merah di dalam lubang yang besarnya hanya 2X1 M. Tak sampai satu tahun, tubuh kita hanya tinggal tulang belulang karena digerogoti rayap dan binatang lain di dalam tanah.
Mungkin semua itu masih bisa ditolerir ketimbang menyadari bahwa ketika meninggal, kita tidak lagi menjadi bagian dari dunia ini. Kita tidak lagi eksis. Kita tidak bisa memeluk orang yang kita sayang. Tidak bisa bercanda dan bergosip dengan teman sejawat. Tidak tahu perkembangan teknologi terbaru. Tidak bisa lagi menonton bola atau menyantap bakso langganan. Semuanya berhenti begitu saja. Skak Mat. Game Over
Dan, yang paling menyakitkan, tentu saja meninggalkan orang yang kita sayang. Jangan pikir mereka saja yang sedih karena kehilangan kita. Kita pun pasti demikian. Betapa miris dan pilunya ketika melihat mereka menangisi jenazah kita. Sedangkan kita tak bisa apa-apa. Mungkin ketika itu kita sudah berada di sebelah Izrail. Tak bisa merasakan apapun karena sifat-sifat kemanusiaan kita telah hilang. Entahlah.
Lalu bagian paling, paling, paling memilukan adalah: KITA AKAN DILUPAKAN. Okelah keluarga akan terus mengingat kita. Mereka akan mengadakan tahlilan. Tujuh harian, empat puluh harian, seratus harian, seribu harian. Mereka juga pasti akan tetap mendoakan. Tapi setelah itu? Mereka tentu harus kembali pada dunia. Pada hidup mereka masing-masing. Toh mereka tak mungkin berkubang di tempat yang sama. Bukankah esensi dari ikhlas adalah merelakan bahwa kita tak lagi menjadi bagian dari hidup mereka? Kita semakin jarang dikunjungi. Mungkin lama-lama mereka hanya akan hadir ke pemakaman kita setahun sekali. Menjelang bulan suci atau ketika Idul Fitri. Sisanya? Masih banyak urusan dunia yang harus mereka kerjakan.
Itulah sebabnya mereka takut mati? Entahlah. Tapi jujur saja, saya adalah salah satu orang yang takut mati. Apalagi mati muda. Kemudian setelah beberapa kali ditinggalkan oleh orang-orang yang saya kenal dan mendengar berita duka dari teman-teman terdekat, saya jadi sadar. Bahwa kematian itu sesuatu yang absah. PASTI. Ketika ruh ditiupkan ke dalam janin ibu, kita semua sudah “menandatangani” kontrak hidup. Pasti di atas materai, karena itulah kita tak mungkin melanggarnya. Pada detik pertama kita lahir ke dunia sambil termehek-mehek, hal yang sudah dipastikan oleh Tuhan adalah waktu kematian kita. Mendahului kontrak hidup lain seperti seberapa besar rezeki kita, siapa pasangan hidup kita, dan sebaik apakah tindak-tanduk kita di dunia.
Kadang saya bertanya-tanya, kenapa sih Tuhan tidak memberi tahu waktu kematian kita? Tapi ternyata Tuhan punya alasan. Supaya kita selalu bersiap-siap dan menabung amal tiap waktu karena kita tidak punya sedikitpun petunjuk kapan giliran kita menghadap Ilahi. Agar kita tahu bahwa tidak ada yang abadi. Agar kita belajar mengikhlaskan sesuatu yang bukan milik kita. Hhh, kematian begitu pasti. Begitu dekat. Kita semua hanyalah waiting list yang menunggu dipanggil oleh-Nya.
Doa dan empati saya selalu untuk teman-teman yang telah lebih dulu pergi (terakhir, tetangga saya yang meninggal hari ini dalam usianya yang masih muda karena kecelakaan), teman-teman terdekat yang kehilangan orang yang mereka kasihi (semangat terus untuk Irfan yang ditinggal mama dan Ibel yang ditinggal Papa), dan mereka-mereka yang merasa kehilangan…
Wafat
Tewas
Gugur
Mampus
Modar
Mati
M-A-T-I
Kata-kata di atas sungguh menjadi momok bagi kita, manusia. Tak sedikit orang yang menghindari kata itu. Tiap kali mendengar atau mengucapkan kata tersebut, bulu kuduk kita pasti langsung berdiri. Otak kita langsung tertuju pada bayangan-bayangan mengerikan soal kematian. Banyak orang yang takut mati. Deathphobia (tentu saya mengarang bebas istilah ini karena saya tak tahu apa sebutan untuk orang yang parno pada kematian). Sungguh kita tak dapat membayangkan jika sewaktu-waktu nyawa kita diambil dengan cara-cara yang tak dapat diprediksikan, dari mulai cara konvensional (sakit misalnya) sampai cara yang tragis (dibunuh misalnya). Tubuh kita kaku, membiru, dan busuk. Tertimbun tanah merah di dalam lubang yang besarnya hanya 2X1 M. Tak sampai satu tahun, tubuh kita hanya tinggal tulang belulang karena digerogoti rayap dan binatang lain di dalam tanah.
Mungkin semua itu masih bisa ditolerir ketimbang menyadari bahwa ketika meninggal, kita tidak lagi menjadi bagian dari dunia ini. Kita tidak lagi eksis. Kita tidak bisa memeluk orang yang kita sayang. Tidak bisa bercanda dan bergosip dengan teman sejawat. Tidak tahu perkembangan teknologi terbaru. Tidak bisa lagi menonton bola atau menyantap bakso langganan. Semuanya berhenti begitu saja. Skak Mat. Game Over
Dan, yang paling menyakitkan, tentu saja meninggalkan orang yang kita sayang. Jangan pikir mereka saja yang sedih karena kehilangan kita. Kita pun pasti demikian. Betapa miris dan pilunya ketika melihat mereka menangisi jenazah kita. Sedangkan kita tak bisa apa-apa. Mungkin ketika itu kita sudah berada di sebelah Izrail. Tak bisa merasakan apapun karena sifat-sifat kemanusiaan kita telah hilang. Entahlah.
Lalu bagian paling, paling, paling memilukan adalah: KITA AKAN DILUPAKAN. Okelah keluarga akan terus mengingat kita. Mereka akan mengadakan tahlilan. Tujuh harian, empat puluh harian, seratus harian, seribu harian. Mereka juga pasti akan tetap mendoakan. Tapi setelah itu? Mereka tentu harus kembali pada dunia. Pada hidup mereka masing-masing. Toh mereka tak mungkin berkubang di tempat yang sama. Bukankah esensi dari ikhlas adalah merelakan bahwa kita tak lagi menjadi bagian dari hidup mereka? Kita semakin jarang dikunjungi. Mungkin lama-lama mereka hanya akan hadir ke pemakaman kita setahun sekali. Menjelang bulan suci atau ketika Idul Fitri. Sisanya? Masih banyak urusan dunia yang harus mereka kerjakan.
Itulah sebabnya mereka takut mati? Entahlah. Tapi jujur saja, saya adalah salah satu orang yang takut mati. Apalagi mati muda. Kemudian setelah beberapa kali ditinggalkan oleh orang-orang yang saya kenal dan mendengar berita duka dari teman-teman terdekat, saya jadi sadar. Bahwa kematian itu sesuatu yang absah. PASTI. Ketika ruh ditiupkan ke dalam janin ibu, kita semua sudah “menandatangani” kontrak hidup. Pasti di atas materai, karena itulah kita tak mungkin melanggarnya. Pada detik pertama kita lahir ke dunia sambil termehek-mehek, hal yang sudah dipastikan oleh Tuhan adalah waktu kematian kita. Mendahului kontrak hidup lain seperti seberapa besar rezeki kita, siapa pasangan hidup kita, dan sebaik apakah tindak-tanduk kita di dunia.
Kadang saya bertanya-tanya, kenapa sih Tuhan tidak memberi tahu waktu kematian kita? Tapi ternyata Tuhan punya alasan. Supaya kita selalu bersiap-siap dan menabung amal tiap waktu karena kita tidak punya sedikitpun petunjuk kapan giliran kita menghadap Ilahi. Agar kita tahu bahwa tidak ada yang abadi. Agar kita belajar mengikhlaskan sesuatu yang bukan milik kita. Hhh, kematian begitu pasti. Begitu dekat. Kita semua hanyalah waiting list yang menunggu dipanggil oleh-Nya.
Doa dan empati saya selalu untuk teman-teman yang telah lebih dulu pergi (terakhir, tetangga saya yang meninggal hari ini dalam usianya yang masih muda karena kecelakaan), teman-teman terdekat yang kehilangan orang yang mereka kasihi (semangat terus untuk Irfan yang ditinggal mama dan Ibel yang ditinggal Papa), dan mereka-mereka yang merasa kehilangan…
Labels:
life o life
Cakra dan Lysa: Cinta Platonik
Tiba-tiba Cakra masuk ke kamar dan langsung menarik tangan saya.
“Ikut saya sekarang!”
Saya yang sedang asyik membaca novel sambil tiduran terkaget-kaget melihat kedatangan Cakra dan langsung mencoba melepaskan pegangan tangannya.
“Heh, heh, Cakra, kamu apa-apaan! Datang-datang langsung narik saya paksa gini…Lepaaasiiin tangan sayaaaa!!!”
“Eh, sori, sori. Maaf…” Jawab Cakra sambil melepaskan tangan saya.
” Kita ngabuburit yuk!” Lanjut Cakra sambil tersenyum lebar. Mata sipitnya langsung membentuk satu garis ketika dia tersenyum. Huh, dasar wajah seribu mimik! Bagaimana saya bisa marah karena sudah diperlakukan semena-mena barusan kalau dia mengeluarkan ekspresi wajah lucu,kekanakan, tapi tetap ganteng seperti itu!
“Ngabuburit kemana?”
” Udah, nggak perlu tau. Yuk cepet, udah sore nih!”
“Heh, Cakra, kamu nggak lihat saya kucel gini? Saya siap-siap dulu ya!”
“Ya udah. Lima belas menit! Nggak perlu dandan!”
***
“Saya baru tahu kalau kamu bisa nyetir,” ujar saya ketika melihat sebuah Terios hitam terparkir di depan rumah.
“Emang saya harus cerita hal kecil kayak gitu juga sama kamu?”
“Ya nggak juga sih…Yuk ah, keburu macet!”
Kami berdua masuk ke dalam mobil. Dasar Cakra jorok! Mobilnya seperti kapal pecah!Berantakan! Baju-baju, tas, buku-buku, laptop,parfum, bungkus makanan,case gitar, semua tergeletak begitu saja di jok belakang.
“Saya memutuskan untuk memensiunkan si Dodot-motor kesayangannya. Lagian sekarang saya lagi banyak manggung dan harus kesana-kemari sambil bawa banyak barang. Jadi maklum saja kalau berantakan… ”
“Kita mau kemana sebenernya? It’s kinda of date or somethin? Hahahaha…”
” Enak aja! Saya cuma ngerasa kasihan aja sama kamu. Tiap kali ngabuburit,ngerem terus di kamar sambil baca novel. Tiap kali malam minggu, diem terus di rumah nonton TV..Lama-lama kamu jadi lumutan tuh di rumah, hahahaha…”
“Dasar kurang ajar! Heh,justru saya diem di rumah tiap weekend karena hari-hari biasa saya sibuk dan nggak pernah ada di rumah!”
“Ngeles sih kamu paling bisa! Udah jelas-jelas kamu nggak punya pacar dan rumahnya kejauhan dari pusat kota, makanya tiap malam minggu cuman nonton TV..hahahaha!!!”
” Biarin aja,Huh!”
” Yeee, ngambek. Kenyataan tau! Makanya saya mau ngajak kamu ngabuburit sekaligus buka puasa di luar. Haa, sudah pasti amal saya bertambah banyak karena menolong orang yang malang, kesusahan, dan teraniaya macam kamu”
“Heh, yang ada amal kamu nggak diterima karena pamrih gitu..”
“Hahaha. Iya juga yaa…”
***
“Cakraaaaaaa…Kamu menyebalkaaaaan!!!!! Kenapa kamu ngajak saya ke sini?” Protes saya begitu kami sampai di daerah Lodaya. Saya terkaget-kaget ketika Cakra memberhentikan mobilnya di depan lapangan softball Lodaya. Ternyata Cakra mengajak saya nonton latihan softball.
“Kok menyebalkan? Bukannya berterima kasih karena saya sudah mengajak kamu ke tempat ini…” Jawabnya santai.
“Tapi kan saya udah bilang kalau saya mau nonton pertandingan softball sama pacar saya nanti! Bukan sama kamu! Ini kan salah satu kencan impian sayaaaa…” Sungut saya kesal. Saya memang pernah cerita pada Cakra jika menonton pertandingan softball adalah salah satu kencan impian saya.
Saya kemudian mengikuti Cakra yang tengah berjalan ke arah tribun. Kami pun menduduki tribun paling atas.Di depan sana terlihat dua klub softball sedang melakukan pertandingan persahabatan. Tidak banyak orang yang menonton. Hanya beberapa kelompok orang yang sepertinya masih anggota klub olahraga tersebut. Mereka berteriak-teriak memberikan dukungan atau sorakan saat klubnya tak berhasil membuat home run.
” Maaf karena merusak kencan impian kamu…Tapi emang salah ya saya ngajak kamu ke sini?”
“Ya nggak sih. Saya hanya berharap bisa mewujudkan kencan impian saya dengan seseorang yang spesial,” Jawab saya jujur.
“Jadi saya tidak spesial bagi kamu?”
Saya diam. Bingung memberikan jawaban.
” You’re special, in a different way…Hmm, if I can describe our relationship, it’s kinda of platonic love…”
“Platonic love? What’s that?”
” Kamu belum pernah mendengarnya? Cinta Platonik, Amor Platonicus,or Platonic Love…is love without sexual attraction between opposite sexes…. Lelaki dan perempuan itu merasa senang, nyaman, tentram, saling terikat satu sama lain, and they’re just click together. Seolah mereka dapat memikirkan dan meneruskan apa yang pasangannya pikirkan atau bicarakan. Dan karena perasaan itu, sexual attraction between them dissapear… Tidak ada lagi “nafsu binatang” di antara mereka…Kasarnya, mereka sama sekali tidak ingin brhubungan badan, bahkan ketika mereka sama-sama telanjang… Ada perasaan—sulit dideskripsiikan—yang mungkin didapat baik dari si perempuan maupun lelaki yang tidak mereka dapat dari lelaki atau perempuan lain…”
“Itu sebabnya ketika kita berciuman kita tidak merasakan hasrat atau nafsu apapun?”
“Ya, bisa dikatakan begitu…”
” Tapi jujur saja, perasaan-perasaan sulit dideskripsikan itu hanya saya dapatkan ketika bersama kamu…Cinta jenis ini agak membingungkan juga ya?”
“Haha, kamu lihat kan? Cinta memang punya seribu wajah untuk mengamuflase kita! Ya sudahlah, lagi shaum juga. Saya lagi malas bertengkar dengan cinta…Hhh..”
” Makanya kamu cepat cari pacar, biar nggak marah-marah terus sama cinta! Terus wujudkanlah kencan impian kamu itu!Makan gula kapas sambil main ayunan di Taman Lalu Lintas, nonton pertandingan Persib di Jalak Harupat, wisata Museum, main PS bareng-bareng…terus apalagi?”
“Hahaha, kamu ingat juga ternyata! Hmm…Tapi untuk mewujudkan kencan impian saya itu butuh waktu yang agak lama…Lihat, nggak ada yang mau sama saya! Bahkan tidak ada yang meng-sms saya untuk melakukan pendekatan…memang nasib,”
“Iya, habis mana ada lelaki yang mau bertahan sama kamu? Udah menyebalkan, hobi marah-marah, lemot, moody-an, aneh,autis…hahahaha. Kalau pun ada yang mau, dia pasti mikir dua kali untuk mendekati kamu. Habis kamu dekat dengan lelaki ganteng,keren, multitalenta, dan baik hati seperti saya! Mereka langsung ngeper meureuuuunnn. Hahahahaha…”
Tanpa Ba-bi-bu, saya langsung mencubiti Cakra sampai dia meringis kesakitan.
Terimakasih untuk Dudung yang memberikan penjelasan tentang Cinta Platonik dan untuk Sahrul yang menjadi awal pengetahuan saya soal jenis cinta ini =)
“Ikut saya sekarang!”
Saya yang sedang asyik membaca novel sambil tiduran terkaget-kaget melihat kedatangan Cakra dan langsung mencoba melepaskan pegangan tangannya.
“Heh, heh, Cakra, kamu apa-apaan! Datang-datang langsung narik saya paksa gini…Lepaaasiiin tangan sayaaaa!!!”
“Eh, sori, sori. Maaf…” Jawab Cakra sambil melepaskan tangan saya.
” Kita ngabuburit yuk!” Lanjut Cakra sambil tersenyum lebar. Mata sipitnya langsung membentuk satu garis ketika dia tersenyum. Huh, dasar wajah seribu mimik! Bagaimana saya bisa marah karena sudah diperlakukan semena-mena barusan kalau dia mengeluarkan ekspresi wajah lucu,kekanakan, tapi tetap ganteng seperti itu!
“Ngabuburit kemana?”
” Udah, nggak perlu tau. Yuk cepet, udah sore nih!”
“Heh, Cakra, kamu nggak lihat saya kucel gini? Saya siap-siap dulu ya!”
“Ya udah. Lima belas menit! Nggak perlu dandan!”
***
“Saya baru tahu kalau kamu bisa nyetir,” ujar saya ketika melihat sebuah Terios hitam terparkir di depan rumah.
“Emang saya harus cerita hal kecil kayak gitu juga sama kamu?”
“Ya nggak juga sih…Yuk ah, keburu macet!”
Kami berdua masuk ke dalam mobil. Dasar Cakra jorok! Mobilnya seperti kapal pecah!Berantakan! Baju-baju, tas, buku-buku, laptop,parfum, bungkus makanan,case gitar, semua tergeletak begitu saja di jok belakang.
“Saya memutuskan untuk memensiunkan si Dodot-motor kesayangannya. Lagian sekarang saya lagi banyak manggung dan harus kesana-kemari sambil bawa banyak barang. Jadi maklum saja kalau berantakan… ”
“Kita mau kemana sebenernya? It’s kinda of date or somethin? Hahahaha…”
” Enak aja! Saya cuma ngerasa kasihan aja sama kamu. Tiap kali ngabuburit,ngerem terus di kamar sambil baca novel. Tiap kali malam minggu, diem terus di rumah nonton TV..Lama-lama kamu jadi lumutan tuh di rumah, hahahaha…”
“Dasar kurang ajar! Heh,justru saya diem di rumah tiap weekend karena hari-hari biasa saya sibuk dan nggak pernah ada di rumah!”
“Ngeles sih kamu paling bisa! Udah jelas-jelas kamu nggak punya pacar dan rumahnya kejauhan dari pusat kota, makanya tiap malam minggu cuman nonton TV..hahahaha!!!”
” Biarin aja,Huh!”
” Yeee, ngambek. Kenyataan tau! Makanya saya mau ngajak kamu ngabuburit sekaligus buka puasa di luar. Haa, sudah pasti amal saya bertambah banyak karena menolong orang yang malang, kesusahan, dan teraniaya macam kamu”
“Heh, yang ada amal kamu nggak diterima karena pamrih gitu..”
“Hahaha. Iya juga yaa…”
***
“Cakraaaaaaa…Kamu menyebalkaaaaan!!!!! Kenapa kamu ngajak saya ke sini?” Protes saya begitu kami sampai di daerah Lodaya. Saya terkaget-kaget ketika Cakra memberhentikan mobilnya di depan lapangan softball Lodaya. Ternyata Cakra mengajak saya nonton latihan softball.
“Kok menyebalkan? Bukannya berterima kasih karena saya sudah mengajak kamu ke tempat ini…” Jawabnya santai.
“Tapi kan saya udah bilang kalau saya mau nonton pertandingan softball sama pacar saya nanti! Bukan sama kamu! Ini kan salah satu kencan impian sayaaaa…” Sungut saya kesal. Saya memang pernah cerita pada Cakra jika menonton pertandingan softball adalah salah satu kencan impian saya.
Saya kemudian mengikuti Cakra yang tengah berjalan ke arah tribun. Kami pun menduduki tribun paling atas.Di depan sana terlihat dua klub softball sedang melakukan pertandingan persahabatan. Tidak banyak orang yang menonton. Hanya beberapa kelompok orang yang sepertinya masih anggota klub olahraga tersebut. Mereka berteriak-teriak memberikan dukungan atau sorakan saat klubnya tak berhasil membuat home run.
” Maaf karena merusak kencan impian kamu…Tapi emang salah ya saya ngajak kamu ke sini?”
“Ya nggak sih. Saya hanya berharap bisa mewujudkan kencan impian saya dengan seseorang yang spesial,” Jawab saya jujur.
“Jadi saya tidak spesial bagi kamu?”
Saya diam. Bingung memberikan jawaban.
” You’re special, in a different way…Hmm, if I can describe our relationship, it’s kinda of platonic love…”
“Platonic love? What’s that?”
” Kamu belum pernah mendengarnya? Cinta Platonik, Amor Platonicus,or Platonic Love…is love without sexual attraction between opposite sexes…. Lelaki dan perempuan itu merasa senang, nyaman, tentram, saling terikat satu sama lain, and they’re just click together. Seolah mereka dapat memikirkan dan meneruskan apa yang pasangannya pikirkan atau bicarakan. Dan karena perasaan itu, sexual attraction between them dissapear… Tidak ada lagi “nafsu binatang” di antara mereka…Kasarnya, mereka sama sekali tidak ingin brhubungan badan, bahkan ketika mereka sama-sama telanjang… Ada perasaan—sulit dideskripsiikan—yang mungkin didapat baik dari si perempuan maupun lelaki yang tidak mereka dapat dari lelaki atau perempuan lain…”
“Itu sebabnya ketika kita berciuman kita tidak merasakan hasrat atau nafsu apapun?”
“Ya, bisa dikatakan begitu…”
” Tapi jujur saja, perasaan-perasaan sulit dideskripsikan itu hanya saya dapatkan ketika bersama kamu…Cinta jenis ini agak membingungkan juga ya?”
“Haha, kamu lihat kan? Cinta memang punya seribu wajah untuk mengamuflase kita! Ya sudahlah, lagi shaum juga. Saya lagi malas bertengkar dengan cinta…Hhh..”
” Makanya kamu cepat cari pacar, biar nggak marah-marah terus sama cinta! Terus wujudkanlah kencan impian kamu itu!Makan gula kapas sambil main ayunan di Taman Lalu Lintas, nonton pertandingan Persib di Jalak Harupat, wisata Museum, main PS bareng-bareng…terus apalagi?”
“Hahaha, kamu ingat juga ternyata! Hmm…Tapi untuk mewujudkan kencan impian saya itu butuh waktu yang agak lama…Lihat, nggak ada yang mau sama saya! Bahkan tidak ada yang meng-sms saya untuk melakukan pendekatan…memang nasib,”
“Iya, habis mana ada lelaki yang mau bertahan sama kamu? Udah menyebalkan, hobi marah-marah, lemot, moody-an, aneh,autis…hahahaha. Kalau pun ada yang mau, dia pasti mikir dua kali untuk mendekati kamu. Habis kamu dekat dengan lelaki ganteng,keren, multitalenta, dan baik hati seperti saya! Mereka langsung ngeper meureuuuunnn. Hahahahaha…”
Tanpa Ba-bi-bu, saya langsung mencubiti Cakra sampai dia meringis kesakitan.
Terimakasih untuk Dudung yang memberikan penjelasan tentang Cinta Platonik dan untuk Sahrul yang menjadi awal pengetahuan saya soal jenis cinta ini =)
Labels:
Cakra dan Lysa,
Cerita-cerita
Cakra dan Lysa: "Dasar Penggoda!"
Masih di tempat yang sama. Sebuah bukit di kawasan Lembang. Hari sudah semakin sore. Semburat matahari berubah kemerahan. Hangat dan indah. Inilah senja. Suasana yang paling saya suka. Rasanya nyaman dan sangat bersahabat. Seolah matahari memberikan senyum terbaiknya sebelum bergegas pulang. Apalagi saya berada di dataran tinggi. Sudah pasti saya bisa melihat pemandangan istimewa tersebut dengan jelas. Seolah senja hari ini khusus dihadiahi matahari pada saya seorang. Matahari mungkin tahu saya sedang berbahagia.Entahlah. Garis-garis kemerahan berwarna merah, jingga, putih, biru, hijau, dan ungu di ujung langit membuat nuansa sore itu semakin spektakuler. Sekali lagi saya acungkan dua jempol pada-Nya yang telah menciptakan. Sayang senja tidak selama siang atau malam. Dia datang lalu pergi dengan begitu cepat. Jadi saya tak bisa memandanginya sesuka hati. Dia sangat eksklusif. Tapi keberadaanya yang singkat membuat senja tidak bisa dilupakan begitu saja. Selalu berbekas di hati orang yang memandangi dan menyukainya.
Semua sangat sempurna, kecuali angin yang berhembus kencang. Saya yang tidak tahan dingin buru-buru memasang perlengkapan anti perang. Hoodie, scarf, dan sweater dipakai bertumpuk. Tak peduli pakaian saya Match atau tidak. In this situation, function is more important than fashion. Tadinya saya juga mau pakai gloves. Tapi rasanya kok terlalu berlebihan ya? Toh saya tidak sedang berada di sebuah tempat dengan temperatur di bawah nol derajat celsius. Tapi bayangan bronhitis dan alergi memang selalu menghantui. Jadi ya saya selalu jaga-jaga.
Cakra duduk di sebelah saya. Ikut memandangi senja. Euforia pertemuan setelah vakum memang masih terasa. Tapi dia memberikan kesempatan pada saya untuk menikmati momen sekejap ini.
“Cakra, I’m realizing somethin…”
“What’s that?”
“You never tell me about your life! Even, you never share your romance life to me! Oh, how dare you??? “
“Should I?”
“Not really actually, but I think i’m just too selfish!There’s always about ME. About Lysabrina Alveriza. And where’s your part? Oh, damn it! I’m not a good friend “
“It’s Ok. Actually, i prefer listening than talking… “
” But I think it’s just not fair! Ok, look,this is your turn. Tell me about your life…”
” My life is controlled”
“Then? “
“Then what? Nothing i can say to you, Lysa… “
Oke. skak mat. Kalau sudah begini dia berarti tidak mau berbicara banyak tentang hidupnya. Tapi bukan saya namanya kalau tidak bisa memancing dan menggali pribadi orang.
“Hmm… Cakra,Siapa pacar kamu skarang?”
” Tidak ada,”
“Lalu apa yang kamu lakukan ketika kita sedang vakum? Saya pikir kamu mencari perempuan, mendekati, dan berpacaran dengannya. Saya pikir kamu akan bertemu saya sambil mengenalkan pacar baru kamu itu…”
“Saya kan backpacking ke Lombok. Hunting foto dan diving di Bunaken. Ikan-ikan, terumbu karang, dan pantai lebih menarik perhatian saya ketimbang perempuan. Bahkan yang berbikini sekalipun “
“Jangan-jangan kamu tidak suka perempuan…”
“Enak saja! Saya masih normal tau… saya juga kan pernah beberapa kali pacaran. DAN SAMA PEREMPUAN!”
” Kalau masih normal, kenapa nggak cari pacar? Kok saya nggak pernah ngedenger kamu cerita tentang perempuan? Kamu nggak pernah bilang kalau kamu lagi tertarik, suka, atau jatuh cinta sama perempuan? Terus, kemarin-kemarin, ada yang naksir sama kamu. Hmm…satu jurusan sama kamu itu lho… Maya ya? Iya, Maya namanya. Yang sampai nanya-nanya kamu ke saya tiap hari. Oh, sebelumnya juga ada Lita, Ana, Kayla, Via…Mereka cantik-cantik kan? Kok nggak ada sih yang nyangkut di kamu?”
” Hmm,iya juga ya?”
” Ya udah, cari aja nomer mereka, trus kamu deketin dan cari yang paling cocok dengan kamu. Beres kan?”
” Tapi nggak ah. Males. Mereka cantik-cantik sih, tapi belum tentu kan cocok sama saya…Lagian saya nggak bisa deketin perempuan. Bukan gaya saya,”
” Bohong banget kamu nggak bisa deketin perempuan! Laki-laki macam kamu, yang ganteng, multitalenta, baik parah, dan sangat-sangat sempurna itu nggak bisa deketin perempuan? Bullshit!!!! Biasanya kan lelaki-lelaki seperti kamu hobinya mengincar perempuan-perempuan cantik … “
“Please, don’t be stereotype.. “
“Kamu kan cuma tinggal deketin mereka. Saya jamin semua perempuan nggak akan ada yang nolak dan megap-megap saking senangnya dideketin sama cowok sesempurna kamu!”
“Tapi kok kamu nggak? Kamu kok nggak megap-megap didekati cowok SE-SEMPURNA saya?”
“Hahahahahaha.Kamu ini lucu. Kamu mendekati saya bukan untuk PDKT! Saya tau itu, Cakra! “
“Sok tahu kamu,”
” Hahahaha. Dasar. I know you, Cakra…”
“No, you don’t. “
” Lagian saya tidak tertarik sama kamu. Oke, kamu memang sempurna. Tapi….” belum lagi saya melanjutkan perkataan, tiba-tiba Cakra mendekatkan wajahnya ke wajah saya. Dekat sekali. Mungkin hanya berjarak kurang dari sepuluh senti. Bau rokok campur wangi parfum begitu menusuk hidung. Menghasilkan sensasi yang sangat menggairahkan dan sexy.
dead air
“Benar kamu tidak tertarik pada saya?” kata Cakra. wajah kami masih berdekatan. Saya bahkan bisa melihat pantulan wajah saya di retina matanya.
“Tidak,” jawab saya mantap.
“Masa?” Tanya Cakra sambil mendekatkan wajahnya lagi. Sekarang ujung hidungnya menyentuh hidung saya.
” Tak percaya? Akan saya buktikan,” saya kemudian menempelkan bibir saya pada bibirnya. Tapi saya tidak merasakan apapun. Getaran-getaran, rasa hangat, atau apapun itu namanya.Saya juga tahu dia tidak merasakan apapun. Nafasnya tidak terengah-engah, wajahnya tak berkeringat. Semua dalam keadaaan normal. Seolah kami hanya sedang berbincang biasa, bukan berciuman. Kami memang sudah mati rasa. Atau karena sudah merasa satu jiwa?
Satu menit kemudian adegan ciuman itu terhenti. Kami saling berpandangan. Lalu kami tertawa terbahak-bahak.
” Lihat kan,saya bilang juga apa! Saya tidak tertarik sama kamu. Begitu pun sebaliknya…hahahahaha. Jahilan kamu tidak berhasil!!!”
” Kamu tahu darimana?”
” Lagi-lagi kamu tanya soal itu. Saya kan sudah pernah bilang, saya itu punya intuisi yang kuat. Lagian, saya tau siapa kamu, Cakra…!!! Salah kalau kamu menggoda saya dengan cara seperti ini. Nggak akan berhasil! Tidak elegan ah,”
“Hahahaha. Iya. Sial. Saya juga tahu kamu tidak akan tergoda dengan cara klise seperti ini. Padahal kalau saya berhasil menggoda kamu, saya punya kartu AS untuk ceng-cengin kamu di kemudian hari…Kamu memang sudah mati rasa, Lysa… “
” Begitu pun kamu, dasar penggoda kelas teri! Sekarang saya paham kenapa kamu bilang nggak bisa deketin cewek…hahaha”
Semua sangat sempurna, kecuali angin yang berhembus kencang. Saya yang tidak tahan dingin buru-buru memasang perlengkapan anti perang. Hoodie, scarf, dan sweater dipakai bertumpuk. Tak peduli pakaian saya Match atau tidak. In this situation, function is more important than fashion. Tadinya saya juga mau pakai gloves. Tapi rasanya kok terlalu berlebihan ya? Toh saya tidak sedang berada di sebuah tempat dengan temperatur di bawah nol derajat celsius. Tapi bayangan bronhitis dan alergi memang selalu menghantui. Jadi ya saya selalu jaga-jaga.
Cakra duduk di sebelah saya. Ikut memandangi senja. Euforia pertemuan setelah vakum memang masih terasa. Tapi dia memberikan kesempatan pada saya untuk menikmati momen sekejap ini.
“Cakra, I’m realizing somethin…”
“What’s that?”
“You never tell me about your life! Even, you never share your romance life to me! Oh, how dare you??? “
“Should I?”
“Not really actually, but I think i’m just too selfish!There’s always about ME. About Lysabrina Alveriza. And where’s your part? Oh, damn it! I’m not a good friend “
“It’s Ok. Actually, i prefer listening than talking… “
” But I think it’s just not fair! Ok, look,this is your turn. Tell me about your life…”
” My life is controlled”
“Then? “
“Then what? Nothing i can say to you, Lysa… “
Oke. skak mat. Kalau sudah begini dia berarti tidak mau berbicara banyak tentang hidupnya. Tapi bukan saya namanya kalau tidak bisa memancing dan menggali pribadi orang.
“Hmm… Cakra,Siapa pacar kamu skarang?”
” Tidak ada,”
“Lalu apa yang kamu lakukan ketika kita sedang vakum? Saya pikir kamu mencari perempuan, mendekati, dan berpacaran dengannya. Saya pikir kamu akan bertemu saya sambil mengenalkan pacar baru kamu itu…”
“Saya kan backpacking ke Lombok. Hunting foto dan diving di Bunaken. Ikan-ikan, terumbu karang, dan pantai lebih menarik perhatian saya ketimbang perempuan. Bahkan yang berbikini sekalipun “
“Jangan-jangan kamu tidak suka perempuan…”
“Enak saja! Saya masih normal tau… saya juga kan pernah beberapa kali pacaran. DAN SAMA PEREMPUAN!”
” Kalau masih normal, kenapa nggak cari pacar? Kok saya nggak pernah ngedenger kamu cerita tentang perempuan? Kamu nggak pernah bilang kalau kamu lagi tertarik, suka, atau jatuh cinta sama perempuan? Terus, kemarin-kemarin, ada yang naksir sama kamu. Hmm…satu jurusan sama kamu itu lho… Maya ya? Iya, Maya namanya. Yang sampai nanya-nanya kamu ke saya tiap hari. Oh, sebelumnya juga ada Lita, Ana, Kayla, Via…Mereka cantik-cantik kan? Kok nggak ada sih yang nyangkut di kamu?”
” Hmm,iya juga ya?”
” Ya udah, cari aja nomer mereka, trus kamu deketin dan cari yang paling cocok dengan kamu. Beres kan?”
” Tapi nggak ah. Males. Mereka cantik-cantik sih, tapi belum tentu kan cocok sama saya…Lagian saya nggak bisa deketin perempuan. Bukan gaya saya,”
” Bohong banget kamu nggak bisa deketin perempuan! Laki-laki macam kamu, yang ganteng, multitalenta, baik parah, dan sangat-sangat sempurna itu nggak bisa deketin perempuan? Bullshit!!!! Biasanya kan lelaki-lelaki seperti kamu hobinya mengincar perempuan-perempuan cantik … “
“Please, don’t be stereotype.. “
“Kamu kan cuma tinggal deketin mereka. Saya jamin semua perempuan nggak akan ada yang nolak dan megap-megap saking senangnya dideketin sama cowok sesempurna kamu!”
“Tapi kok kamu nggak? Kamu kok nggak megap-megap didekati cowok SE-SEMPURNA saya?”
“Hahahahahaha.Kamu ini lucu. Kamu mendekati saya bukan untuk PDKT! Saya tau itu, Cakra! “
“Sok tahu kamu,”
” Hahahaha. Dasar. I know you, Cakra…”
“No, you don’t. “
” Lagian saya tidak tertarik sama kamu. Oke, kamu memang sempurna. Tapi….” belum lagi saya melanjutkan perkataan, tiba-tiba Cakra mendekatkan wajahnya ke wajah saya. Dekat sekali. Mungkin hanya berjarak kurang dari sepuluh senti. Bau rokok campur wangi parfum begitu menusuk hidung. Menghasilkan sensasi yang sangat menggairahkan dan sexy.
dead air
“Benar kamu tidak tertarik pada saya?” kata Cakra. wajah kami masih berdekatan. Saya bahkan bisa melihat pantulan wajah saya di retina matanya.
“Tidak,” jawab saya mantap.
“Masa?” Tanya Cakra sambil mendekatkan wajahnya lagi. Sekarang ujung hidungnya menyentuh hidung saya.
” Tak percaya? Akan saya buktikan,” saya kemudian menempelkan bibir saya pada bibirnya. Tapi saya tidak merasakan apapun. Getaran-getaran, rasa hangat, atau apapun itu namanya.Saya juga tahu dia tidak merasakan apapun. Nafasnya tidak terengah-engah, wajahnya tak berkeringat. Semua dalam keadaaan normal. Seolah kami hanya sedang berbincang biasa, bukan berciuman. Kami memang sudah mati rasa. Atau karena sudah merasa satu jiwa?
Satu menit kemudian adegan ciuman itu terhenti. Kami saling berpandangan. Lalu kami tertawa terbahak-bahak.
” Lihat kan,saya bilang juga apa! Saya tidak tertarik sama kamu. Begitu pun sebaliknya…hahahahaha. Jahilan kamu tidak berhasil!!!”
” Kamu tahu darimana?”
” Lagi-lagi kamu tanya soal itu. Saya kan sudah pernah bilang, saya itu punya intuisi yang kuat. Lagian, saya tau siapa kamu, Cakra…!!! Salah kalau kamu menggoda saya dengan cara seperti ini. Nggak akan berhasil! Tidak elegan ah,”
“Hahahaha. Iya. Sial. Saya juga tahu kamu tidak akan tergoda dengan cara klise seperti ini. Padahal kalau saya berhasil menggoda kamu, saya punya kartu AS untuk ceng-cengin kamu di kemudian hari…Kamu memang sudah mati rasa, Lysa… “
” Begitu pun kamu, dasar penggoda kelas teri! Sekarang saya paham kenapa kamu bilang nggak bisa deketin cewek…hahaha”
Labels:
Cakra dan Lysa,
Cerita-cerita
Cakra dan Lysa: "Vakum"
Sudah lama saya tidak bertemu dengan Cakra. Rasanya sudah bertahun-tahun saya tidak berbicara dengannya. Padahal baru beberapa lama saja kami tidak saling menyapa. Saya sedang sibuk (jelas itu bohong, saya hanya sok sibuk). Mengisi liburan dengan hal-hal yang lebih bermanfaat, meningkatkan kualitas hidup serta mengembangkan potensi diri yang sempat stagnan, serta relaksasi diri dengan berlibur bersama kawan-kawan lama. Lumayan, menghilangkan penat dan sakitnya patah hati. Otomatis Cakra menjadi prioritas saya yang kesekian. Hmm, bukannya saya melupakan dia. Tidak, sama sekali bukan. Belakangan kami justru terlalu sering bersama. Justru inilah satu-satunya kesempatan kami untuk “vakum”. “Izinkan saya untuk berkegiatan di luar hidup saya bersama kamu, Cakra! Dan saya akan membiarkan kamu menyelami duniamu, bahkan tertidur lelap bersamanya…” ujar saya. Cakra setuju. Lagipula dia nampak lelah menjadi “tong sampah” saya melulu. Lalu kami pun berjanji untuk tidak saling mengontak. Baik lewat telpon, sms, YM, Facebook, merpati pos, telegram,bahkan lewat telepati sekalipun.
Setelah berkubang dengan me time. saya tiba-tiba rindu padanya. Saya rindu berbincang dengannya. Mengeluarkan isi otak saya yang kadang penuh dengan hal remeh-temeh sampai hal-hal kompleks yang bahkan untuk mengungkapkannya saja membutuhkan tenaga ekstra. Berbicara tentang perasaan-perasaan. Saling mengejek. Saling melontarkan lelucon garing dan mengumpat dengan kata-kata sarkastik. Mencium harumnya. Terbatuk-batuk karena kepulan asap Amild yang dihembuskannya. Memandang wajahnya yang ganteng ketika sedang memainkan gitar, mengotak-atik EOS 450 D-nya, atau ketika serius mendesain dan mengedit sesuatu di depan laptopnya (yang kemudian berubah menjadi tampang bloon dan bodoh ketika mencoba menghibur saya dengan ber-lip sync dari mulai lagu-lagu lawas sampai lagu paling happening, menirukan aksi power rangers ketika berperang, serta melakukan gerakan-gerakan aneh yang dia sebut sebagai “Gerakan-Penggugah-Semanga t-dan-Tawa” yang merupakan campuran dari senam Poco-poco, SKJ, Capoeira, Jaipongan, Goyang dandut, dan balet). Atau bahkan hanya untuk bertemu,say hello, kemudian melanjutkan pekerjaan masing-masing.
Hari ini, kami bertemu lagi. Kami berjumpa sore hari di sebuah perbukitan di kawasan Lembang. Kenapa tempat itu? Alasannya simpel. Dia suka dataran tinggi yang dingin dan saya suka melihat suasana senja ketika matahari akan terbenam. Jadi tempat itu adalah tempat yang sangat cocok. Alasan lain, karena kami sedang tidak punya uang untuk tepang sono di kafe atau resto
Seperti dua orang yang telah dipisahkan beribu-ribu tahun lamanya, kami pun mulai melepas rindu. Menceritakan setiap kejadian yang kita alami ketika “vakum”. Tertawa sampai mata berair dan perut sakit. Saling mengumpat. Bersenandung lagu-lagu favorit. Cakra merokok dan minum soda. Saya mengulum lolipop dan minum teh hijau dalam kemasan.
Kadang-kadang kita memang perlu break. Vakum sejenak dari rutinitas. Dari kebiasaan. Vakum memang terjadi karena kita bosan dan jenuh dengan hal yang itu-itu saja. Tapi bukan berarti kita tidak akan kembali lagi pada hal itu. Vakum hanya sebuah strategi agar kita tidak hidup seperti bom waktu,yang meledak setelah terendap begitu lama. Vakum untuk me-recharge diri tak ada salahnya. Dianjurkan malah. Yang diharamkan adalah ketika sudah vakum, kita enggan untuk kembali ke tempat semula. Itu berarti kita tidak pernah mencoba mempertahankan apa yang sudah kita dapatkan. Atau kita hanya orang egois yang tidak pernah puas dengan apa yang sudah kita peroleh. Hah, tapi manusia memang seperti itu sih. Jadi ya susah juga.
Tapi dari “vakum” ini, justru saya mendapatkan pelajaran. Saya akan terus menjaga orang-orang yang sudah hadir di hidup saya,yang sudah menjadi bagian di sela-sela rutinitas saya. Karena ternyata mereka sangat berarti. Pada awalnya mungkin saya tak merasa, tapi setelah mereka “pergi”, saya merasa sangat kehilangan. Berarti memang benar pepatah yang mengatakan bahwa “you never know what you got till it’s gone”. Ah, Sungguh tepang sono yang sangat membahagiakan. Begitu sederhana, tapi melekat dalam hati.
Setelah berkubang dengan me time. saya tiba-tiba rindu padanya. Saya rindu berbincang dengannya. Mengeluarkan isi otak saya yang kadang penuh dengan hal remeh-temeh sampai hal-hal kompleks yang bahkan untuk mengungkapkannya saja membutuhkan tenaga ekstra. Berbicara tentang perasaan-perasaan. Saling mengejek. Saling melontarkan lelucon garing dan mengumpat dengan kata-kata sarkastik. Mencium harumnya. Terbatuk-batuk karena kepulan asap Amild yang dihembuskannya. Memandang wajahnya yang ganteng ketika sedang memainkan gitar, mengotak-atik EOS 450 D-nya, atau ketika serius mendesain dan mengedit sesuatu di depan laptopnya (yang kemudian berubah menjadi tampang bloon dan bodoh ketika mencoba menghibur saya dengan ber-lip sync dari mulai lagu-lagu lawas sampai lagu paling happening, menirukan aksi power rangers ketika berperang, serta melakukan gerakan-gerakan aneh yang dia sebut sebagai “Gerakan-Penggugah-Semanga t-dan-Tawa” yang merupakan campuran dari senam Poco-poco, SKJ, Capoeira, Jaipongan, Goyang dandut, dan balet). Atau bahkan hanya untuk bertemu,say hello, kemudian melanjutkan pekerjaan masing-masing.
Hari ini, kami bertemu lagi. Kami berjumpa sore hari di sebuah perbukitan di kawasan Lembang. Kenapa tempat itu? Alasannya simpel. Dia suka dataran tinggi yang dingin dan saya suka melihat suasana senja ketika matahari akan terbenam. Jadi tempat itu adalah tempat yang sangat cocok. Alasan lain, karena kami sedang tidak punya uang untuk tepang sono di kafe atau resto
Seperti dua orang yang telah dipisahkan beribu-ribu tahun lamanya, kami pun mulai melepas rindu. Menceritakan setiap kejadian yang kita alami ketika “vakum”. Tertawa sampai mata berair dan perut sakit. Saling mengumpat. Bersenandung lagu-lagu favorit. Cakra merokok dan minum soda. Saya mengulum lolipop dan minum teh hijau dalam kemasan.
Kadang-kadang kita memang perlu break. Vakum sejenak dari rutinitas. Dari kebiasaan. Vakum memang terjadi karena kita bosan dan jenuh dengan hal yang itu-itu saja. Tapi bukan berarti kita tidak akan kembali lagi pada hal itu. Vakum hanya sebuah strategi agar kita tidak hidup seperti bom waktu,yang meledak setelah terendap begitu lama. Vakum untuk me-recharge diri tak ada salahnya. Dianjurkan malah. Yang diharamkan adalah ketika sudah vakum, kita enggan untuk kembali ke tempat semula. Itu berarti kita tidak pernah mencoba mempertahankan apa yang sudah kita dapatkan. Atau kita hanya orang egois yang tidak pernah puas dengan apa yang sudah kita peroleh. Hah, tapi manusia memang seperti itu sih. Jadi ya susah juga.
Tapi dari “vakum” ini, justru saya mendapatkan pelajaran. Saya akan terus menjaga orang-orang yang sudah hadir di hidup saya,yang sudah menjadi bagian di sela-sela rutinitas saya. Karena ternyata mereka sangat berarti. Pada awalnya mungkin saya tak merasa, tapi setelah mereka “pergi”, saya merasa sangat kehilangan. Berarti memang benar pepatah yang mengatakan bahwa “you never know what you got till it’s gone”. Ah, Sungguh tepang sono yang sangat membahagiakan. Begitu sederhana, tapi melekat dalam hati.
Labels:
Cakra dan Lysa,
Cerita-cerita
Tentang "Pencarian"
Cerita bermula dari sebuah kata: PENCARIAN. Bosan dengan kata-kata itu? Atau terlihat sangat klise? Katakanlah demikian. Tapi nyatanya, sejenuh apapun manusia terhadap kata itu, kita tetap suka mencari kan? Sejak dilahirkan, manusia selalu mencari. Ketika bayi, kita harus mencari tahu siapa orang tua kita lewat suara atau harum mereka. Sehingga seringkali kita menangis jika dipangku oleh orang lain, tapi tertidur tenang ketika digendong ibu kandung. Karena kita telah mengenal mereka. Lewat suara, lewat harum, lewat hal-hal yang bisa dijelaskan sains, lewat sifat-sifat alami yang disebut naluri: semua itu adalah pencarian.
Ketika kanak-kanak, kita harus mencari tahu cara menghitung dan mengeja, atau cara mengalahkan musuh di dalam games. Beranjak remaja, kita dihadapkan pada satu pencarian yang sulit: jati diri. Sesuatu yang abstrak, tapi bersifat kekal di dalam diri. Setelah berkubang dengan pencarian jati diri, kita kemudian “menemukan” jati diri dalam rupa yang berbeda-beda. Lalu apakah kita berhenti dan tertawa puas setelah mendapatkan itu?
TIDAK!
Beranjak dewasa, kata “mencari” menjadi semakin populer. Mereka, orang-orang dewasa itu, sibuk mencari. Mencari apa? Mencari uang, mencari jodoh, mencari kesuksesan, mencari pekerjaan, mencari makan, mencari kesenangan, mencari tuhan, mencari ini, mencari itu, bla, bla, bla…ketika ditanya untuk apa mereka mencari semua itu, dengan santai mereka menjawab: KEBAHAGIAAN.
Padahal sebagian dari mereka tidak tahu apa arti bahagia. mereka tak tahu bahwa terkadang kebahagiaan adalah penipu ulung. Penuh dengan tipu muslihat. Kebahagiaan terkadang dengan genitnya menyapa kita lalu melesat dengan cepat tanpa meninggalkan petunjuk apapun. Atau rasanya sedikit pun.
Pencarian pun ternyata beraneka bentuk. Dari hal yang kasat mata, bermassa, berbau, bervolume, sampai hal-hal abstrak yang tidak bisa diraba. Bahkan terkadang tak bisa dirasa. Hanya sebuah ilusi yang menggantung di langit-langit otak manusia.
Lalu apakah mereka melakukan pencarian untuk mendapatkan kebahagiaan? Apakah keduanya berkolerasi? Semudah itukah penjelasannya? Apa yang sebetulnya mereka cari? Bagaimana rupa kebahagiaan?
Usia saya dua puluh tahun ketika harus mencari tahu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Ketika kanak-kanak, kita harus mencari tahu cara menghitung dan mengeja, atau cara mengalahkan musuh di dalam games. Beranjak remaja, kita dihadapkan pada satu pencarian yang sulit: jati diri. Sesuatu yang abstrak, tapi bersifat kekal di dalam diri. Setelah berkubang dengan pencarian jati diri, kita kemudian “menemukan” jati diri dalam rupa yang berbeda-beda. Lalu apakah kita berhenti dan tertawa puas setelah mendapatkan itu?
TIDAK!
Beranjak dewasa, kata “mencari” menjadi semakin populer. Mereka, orang-orang dewasa itu, sibuk mencari. Mencari apa? Mencari uang, mencari jodoh, mencari kesuksesan, mencari pekerjaan, mencari makan, mencari kesenangan, mencari tuhan, mencari ini, mencari itu, bla, bla, bla…ketika ditanya untuk apa mereka mencari semua itu, dengan santai mereka menjawab: KEBAHAGIAAN.
Padahal sebagian dari mereka tidak tahu apa arti bahagia. mereka tak tahu bahwa terkadang kebahagiaan adalah penipu ulung. Penuh dengan tipu muslihat. Kebahagiaan terkadang dengan genitnya menyapa kita lalu melesat dengan cepat tanpa meninggalkan petunjuk apapun. Atau rasanya sedikit pun.
Pencarian pun ternyata beraneka bentuk. Dari hal yang kasat mata, bermassa, berbau, bervolume, sampai hal-hal abstrak yang tidak bisa diraba. Bahkan terkadang tak bisa dirasa. Hanya sebuah ilusi yang menggantung di langit-langit otak manusia.
Lalu apakah mereka melakukan pencarian untuk mendapatkan kebahagiaan? Apakah keduanya berkolerasi? Semudah itukah penjelasannya? Apa yang sebetulnya mereka cari? Bagaimana rupa kebahagiaan?
Usia saya dua puluh tahun ketika harus mencari tahu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Labels:
life o life
Cakra dan Lysa: SAYA PROTES PADA TUHAN!
” Cakra, saya ingin berbincang dengan tuhan. Empat mata!”
” Ambil air wudhu, terus shalat malam” Jawab Cakra sambil terus menatap layar komputer di depannya. Sibuk mengedit lagu ciptaanya.
” Saya ragu cara itu akan efektif,”
” Kalau begitu, ambil silet, potong urat nadi kamu, saya jamin kamu akan bertemu langsung dengan tuhan!”
“Boro-boro bisa bertemu langsung! Yang ada saya langsung masuk neraka gara-gara bunuh diri!” Sungut saya kesal.
” Ya sudah, tunggu sampai Yaumul Ba’ats tiba!”
” Kelamaan!”
” Duh, habis saya tidak punya no telp atau YM tuhan…Eh, tuhan punya Facebook, Twitter, atau Skype tidak ya?” Ujar Cakra asal. Kalau sedang sibuk dengan dunianya, Cakra memang suka melantur kesana-kemari. Salah saya juga sih mengajak dia bicara di saat-saat seperti ini. Habis saya tidak tahu harus cerita sama siapa lagi selain dia…
” Cakraaaaaaaaa,saya serius!” jawab saya geram.
” Lho, kok jadi ngambek gitu? Tadi saya kan sudah memberikan alternatif jawaban paling benar dan masuk akal, eh… kamu malah ngeyel! Dikasih jawaban yang ngasal, kamu tambah ngeyel! Dasar kamu ini maunya apa sih…?” Kata Cakra sambil geleng-geleng kepala.
“Huh, dasar memang susah ngobrol serius sama kamu di saat-saat seperti ini!”
” Itu kamu tahu…Gimme 15 minutes, okay? Nanggung, lagi mixing…”
Saya kemudian menunggu. Lima, sepuluh, lima belas, dua puluh, dua lima…akhirnya tiga puluh menit kemudian Cakra baru menyelesaikan urusannya.
” Maaf, maaf…finishing touch-nya membutuhkan waktu yang sedikit lama. Tapi hasilnya keren! Kamu pasti suka lagu ciptaan saya! Tenang, kamu akan menjadi first listenerskok…Atau kamu mau jadi groupis saya? Boleh banget….hahaha”
“…”
“Duh, jangan ditekuk gitu dong mukanya…Tambah jelek tau! Hahahahaha…” Ujar Cakra seraya mengambil bungkus A Mild dari atas komputernya dan langsung duduk di samping saya. Cakra menyalakan rokok dengan lighter dan mulai menghisapnya perlahan. Saya selalu suka cara dia merokok. Gayanya ketika menghisap batang rokok dan mengeluarkan asap dari mulutnya begitu khas. Dia memang sangat menikmati saat-saat merokok.Seolah hanya ada dia dan rokok. Rokok baginya adalah barang berharga yang tidak boleh dibiarkan habis begitu saja. Saya juga selalu suka melihatnya dari samping. Gambaran lelaki sempurna! Siluet kesempurnaan fisik dipadu sifat lelakinya yang kental membuat saya takjub sekaligus heran. Tuhan pasti baru menang lotere enam milyar ketika menciptakan dia!
“Cakra, saya ingin berbincang dengan tuhan. Tidak, tidak, saya mau protes pada-Nya!” Kata saya sambil memainkan Ibanez milik Cakra.
” Karena?” Selain semakin terlihat jantan, ternyata rokok juga bisa membuat kamu kembali bersikap normal.
” Saya lelah…Kenapa saya selalu dikasih cobaan? Kok kayanya saya tidak pernah dikasih kesempatan untuk bahagia ya?”
” Namanya juga manusia, pasti selalu dikasih cobaan…”
” Tapi kok saya dikasihnya berturut-turut gitu? Bahkan cobaan yang saya hadapi seringnya datang bersamaan. Sepertinya tuhan tidak mau memberikan kesempatan bagi saya untuk berbahagia. Bahkan menghela nafas sebentar pun tidak!”
“Saya lelah…Saya tidak sanggup! Masalah keluarga,masalah finansial, masalah di kampus, masalah percintaan, masalah eksistensi dan aktualitas diri…semua datang dalam waktu bersamaan! Saya tidak sanggup, Cakra…” Lanjut saya lemah.
” Tentu kamu pernah dengar salah satu ayat Al-Insyirah yang bunyinya: Bersamaan dengan kesulitan selalu ada kemudahan? Kalau tuhan memberi kamu ujian,sekalipun terus-terusan, berarti kamu memang sanggup untuk menghadapinya! Tidak ada masalah yang tidak bisa dihadapi manusia…Tuhan sudah menjamin itu kan? “
“Ah, tumben kamu insaf dan memberi nasihat dari sudut pandang agama! Biasanya kamu kan realis…”
” People changed , Lysa…I’v told that last nite …”
” Teman-teman saya kok terlihat bahagia-bahagia saja? Kalau pun mereka punya masalah, paling-paling seputaran kecengan, jerawatan, atau berat berat yang merangkak naik! Tidak sepelik saya…Kamu juga nampak tidak pernah mengalami masalah berat…Kenapa sih semua orang selalu diberi kebahagiaan sedang saya tidak? Saya kok malang terus? Kenapa harus saya? Apa salah saya? Saya bahkan sudah menjalankan kewajiban-Nya! Tapi kenapa saya terus dirundung masalah?” Nada bicara saya meninggi. Saya rasanya ingin memuntahkan semua saat itu juga.
” Kamu tahu alasannya kenapa? Karena kamu selalu melihat ke atas dan kurang bersyukur…Buktinya, kamu mengeluh seperti ini…”
” Tapi saya…” Air mata yang sedari tadi saya tahan akhirnya tak bisa dibendung lagi. Cakra memandang saya lekat-lekat. Rokoknya sengaja ia matikan.
” Kamu tahu, manusia dan tuhan itu ibarat sedang membuat film. Tuhan sutradaranya. kita, manusia, adalah aktornya. Kita harus menuruti apa kata sang sutradara, mengikuti semua arahan dan petunjuknya. Untuk apa? Agar akting kita bagus dan natural…Supaya kita bisa mendapatkan Oscar atau Citra karena akting kita yang bagus itu. Sang sutradara bisa saja membiarkan kita akting pas-pasan, kaku, dibuat-buat…Tapi dia tidak mau aktornya hanya jadi ejekan kritikus film…”
” Ah, analogi yang bagus Cakra! Tapi sayang skenario yang tuhan beri untuk saya buruk sekali…masa saya jadi orang malang melulu? Kenapa saya tidak jadi tokoh protagonis, antagonis, atau cameo saja sekalian?”
” Tapi kalau peran itu yang membuat kamu mendapatkan penghargaan? Tuhan tentu tidak memberikan peran ke sembarang orang, kan? Justru kamu adalah aktris kesayangannya… “
” Tapi saya lelah! Saya tidak sanggup menjadi aktris kesayanganya kalau harus begini terus! Persetan dengan semua!”
” Kamu sedang emosi, Lysa…Saya tahu kondisi kamu sekarang. Saya tahu kamu sedang berada di masa sulit…Tapi setelah semua ini berhasil kamu lewati, kamu akan mengerti kenapa tuhan memberikan peran ini.. .”
“Ah, sok bijak kamu!” jawab saya sambil melengos pergi..
” Ambil air wudhu, terus shalat malam” Jawab Cakra sambil terus menatap layar komputer di depannya. Sibuk mengedit lagu ciptaanya.
” Saya ragu cara itu akan efektif,”
” Kalau begitu, ambil silet, potong urat nadi kamu, saya jamin kamu akan bertemu langsung dengan tuhan!”
“Boro-boro bisa bertemu langsung! Yang ada saya langsung masuk neraka gara-gara bunuh diri!” Sungut saya kesal.
” Ya sudah, tunggu sampai Yaumul Ba’ats tiba!”
” Kelamaan!”
” Duh, habis saya tidak punya no telp atau YM tuhan…Eh, tuhan punya Facebook, Twitter, atau Skype tidak ya?” Ujar Cakra asal. Kalau sedang sibuk dengan dunianya, Cakra memang suka melantur kesana-kemari. Salah saya juga sih mengajak dia bicara di saat-saat seperti ini. Habis saya tidak tahu harus cerita sama siapa lagi selain dia…
” Cakraaaaaaaaa,saya serius!” jawab saya geram.
” Lho, kok jadi ngambek gitu? Tadi saya kan sudah memberikan alternatif jawaban paling benar dan masuk akal, eh… kamu malah ngeyel! Dikasih jawaban yang ngasal, kamu tambah ngeyel! Dasar kamu ini maunya apa sih…?” Kata Cakra sambil geleng-geleng kepala.
“Huh, dasar memang susah ngobrol serius sama kamu di saat-saat seperti ini!”
” Itu kamu tahu…Gimme 15 minutes, okay? Nanggung, lagi mixing…”
Saya kemudian menunggu. Lima, sepuluh, lima belas, dua puluh, dua lima…akhirnya tiga puluh menit kemudian Cakra baru menyelesaikan urusannya.
” Maaf, maaf…finishing touch-nya membutuhkan waktu yang sedikit lama. Tapi hasilnya keren! Kamu pasti suka lagu ciptaan saya! Tenang, kamu akan menjadi first listenerskok…Atau kamu mau jadi groupis saya? Boleh banget….hahaha”
“…”
“Duh, jangan ditekuk gitu dong mukanya…Tambah jelek tau! Hahahahaha…” Ujar Cakra seraya mengambil bungkus A Mild dari atas komputernya dan langsung duduk di samping saya. Cakra menyalakan rokok dengan lighter dan mulai menghisapnya perlahan. Saya selalu suka cara dia merokok. Gayanya ketika menghisap batang rokok dan mengeluarkan asap dari mulutnya begitu khas. Dia memang sangat menikmati saat-saat merokok.Seolah hanya ada dia dan rokok. Rokok baginya adalah barang berharga yang tidak boleh dibiarkan habis begitu saja. Saya juga selalu suka melihatnya dari samping. Gambaran lelaki sempurna! Siluet kesempurnaan fisik dipadu sifat lelakinya yang kental membuat saya takjub sekaligus heran. Tuhan pasti baru menang lotere enam milyar ketika menciptakan dia!
“Cakra, saya ingin berbincang dengan tuhan. Tidak, tidak, saya mau protes pada-Nya!” Kata saya sambil memainkan Ibanez milik Cakra.
” Karena?” Selain semakin terlihat jantan, ternyata rokok juga bisa membuat kamu kembali bersikap normal.
” Saya lelah…Kenapa saya selalu dikasih cobaan? Kok kayanya saya tidak pernah dikasih kesempatan untuk bahagia ya?”
” Namanya juga manusia, pasti selalu dikasih cobaan…”
” Tapi kok saya dikasihnya berturut-turut gitu? Bahkan cobaan yang saya hadapi seringnya datang bersamaan. Sepertinya tuhan tidak mau memberikan kesempatan bagi saya untuk berbahagia. Bahkan menghela nafas sebentar pun tidak!”
“Saya lelah…Saya tidak sanggup! Masalah keluarga,masalah finansial, masalah di kampus, masalah percintaan, masalah eksistensi dan aktualitas diri…semua datang dalam waktu bersamaan! Saya tidak sanggup, Cakra…” Lanjut saya lemah.
” Tentu kamu pernah dengar salah satu ayat Al-Insyirah yang bunyinya: Bersamaan dengan kesulitan selalu ada kemudahan? Kalau tuhan memberi kamu ujian,sekalipun terus-terusan, berarti kamu memang sanggup untuk menghadapinya! Tidak ada masalah yang tidak bisa dihadapi manusia…Tuhan sudah menjamin itu kan? “
“Ah, tumben kamu insaf dan memberi nasihat dari sudut pandang agama! Biasanya kamu kan realis…”
” People changed , Lysa…I’v told that last nite …”
” Teman-teman saya kok terlihat bahagia-bahagia saja? Kalau pun mereka punya masalah, paling-paling seputaran kecengan, jerawatan, atau berat berat yang merangkak naik! Tidak sepelik saya…Kamu juga nampak tidak pernah mengalami masalah berat…Kenapa sih semua orang selalu diberi kebahagiaan sedang saya tidak? Saya kok malang terus? Kenapa harus saya? Apa salah saya? Saya bahkan sudah menjalankan kewajiban-Nya! Tapi kenapa saya terus dirundung masalah?” Nada bicara saya meninggi. Saya rasanya ingin memuntahkan semua saat itu juga.
” Kamu tahu alasannya kenapa? Karena kamu selalu melihat ke atas dan kurang bersyukur…Buktinya, kamu mengeluh seperti ini…”
” Tapi saya…” Air mata yang sedari tadi saya tahan akhirnya tak bisa dibendung lagi. Cakra memandang saya lekat-lekat. Rokoknya sengaja ia matikan.
” Kamu tahu, manusia dan tuhan itu ibarat sedang membuat film. Tuhan sutradaranya. kita, manusia, adalah aktornya. Kita harus menuruti apa kata sang sutradara, mengikuti semua arahan dan petunjuknya. Untuk apa? Agar akting kita bagus dan natural…Supaya kita bisa mendapatkan Oscar atau Citra karena akting kita yang bagus itu. Sang sutradara bisa saja membiarkan kita akting pas-pasan, kaku, dibuat-buat…Tapi dia tidak mau aktornya hanya jadi ejekan kritikus film…”
” Ah, analogi yang bagus Cakra! Tapi sayang skenario yang tuhan beri untuk saya buruk sekali…masa saya jadi orang malang melulu? Kenapa saya tidak jadi tokoh protagonis, antagonis, atau cameo saja sekalian?”
” Tapi kalau peran itu yang membuat kamu mendapatkan penghargaan? Tuhan tentu tidak memberikan peran ke sembarang orang, kan? Justru kamu adalah aktris kesayangannya… “
” Tapi saya lelah! Saya tidak sanggup menjadi aktris kesayanganya kalau harus begini terus! Persetan dengan semua!”
” Kamu sedang emosi, Lysa…Saya tahu kondisi kamu sekarang. Saya tahu kamu sedang berada di masa sulit…Tapi setelah semua ini berhasil kamu lewati, kamu akan mengerti kenapa tuhan memberikan peran ini.. .”
“Ah, sok bijak kamu!” jawab saya sambil melengos pergi..
Labels:
Cakra dan Lysa,
Cerita-cerita
Cakra dan Lysa: Pertengkaran Bodoh di Pagi Buta
” Cakra, dia sedang dekat dengan seseorang,” Kata saya. Sekarang jam dua pagi dan lagi-lagi saya belum terlelap. Belakangan hidup saya memang kacau balau. Malam jadi siang, siang jadi malam. Mungkin sebentar lagi saya akan bertransformasi menjadi makhluk nokturnal. Berteman denagan kalong, sundel bolong, maling, dan tukang clubbing- sebab mereka-mereka ini yang masih melek pagi-pagi buta.
“Kamu tahu darimana?” Jawab Cakra serak. Duh, pasti tadi dia sudah tertidur. Hhh, jadi merasa tak enak. Ah, tapi saya harus cerita! Daripada saya bunuh diri karena menyimpan kegelisahan sendiri? Tentu dia bersedia mengorbankan sedikit waktu tidurnya sebentar ketimbang melihat saya sudah tidak bernyawa besok pagi.
“feeling,” tukas saya cepat.
” Kamu membangunkan saya pagi-pagi buta, berkata bahwa dia sedang dekat dengan seseorang, hanya berdasarkan ‘feeling’ kamu yang belum tentu benar itu? Maaf Lysa, saya lelah sekali…Besok saja ceritanya ya?”
“Tunggu, Cakra! Mmm…Maaf, saya tidak bermaksud mengganggu tidur kamu…Biasanya juga kamu masih bangun jam segini. Jadi saya pikir…”
” Memangnya kalau saya biasa belum tidur jam segini, itu berarti saya akan melakukannya tiap hari?”
“Namanya juga kebiasaan, pasti sering dilakukan ‘kan?”
“Tapi bukan berarti setiap hari saya melakukan kebiasaan itu kan? Setiap orang itu berubah, Lysa. Pola hidup, rutinitas, dan kebiasaan mereka pun bisa saja berubah. I also need a break , Lysa..
“Ya sudah sih, jangan marah-marah gitu! Saya kan cuma mau curhat sama kamu! Lagipula saya tadi sudah minta maaf… Ya sudah, maaf menggangu BREAK TIME KAMU! Selamat malam!” ujar saya sambil merenggut.
“Jangan kekanakan, Lysa!”
“Saya tidak kekanakan!”
“Tapi sikap kamu tadi menunjukkan kalau kamu kekanakan!”
” Ohya? Sikap yang mana? Tolong diperjelas, Cakrawala Madya Putra!” Tantang saya.
” Pertama, kamu membangunkan saya pagi-pagi buta hanya untuk curhat hal yang masih belum pasti. Hanya berdasarkan firasat kamu yang belum kamu recheck kebenarannya. Kedua, kamu masih saja pundungan ! Bukannya menyelesikan masalah, malah mau kabur begitu saja. saya tahu besok kamu pasti ingin dirajuk! Ketiga, it’s been months since he left ! Tapi kamu masih berkubang di dalamnya. Tidak mau move on!” Saya tersentak mendengar penjelasan Cakra. Dalam sekejap, dia menelanjangi saya tanpa ampun. Tapi bukan saya anamanya kalau tidak bisa menyerang balik.
” Oke, pertama, firasat saya bukan sembarang firasat! Kamu kok seperti baru kemarin sore mengenal saya ? Kamu tahu kan kalau firasat saya jarang meleset? Kedua, saya mengakhiri pembicaraan justru karena saya tidak ingin mengganggu waktu istirahat kamu! Ketiga, tolong catat ya, saya sudah mencoba, Cakra! Tapi ini masalah hatiu! Kamu sih gampang bilang gitu karena kamu tidak merasakan! Lagipula, setahu saya, patah hati tidak ada hubungannya dengan kedewasaan. Bahkan nenek-nenek pun bisa path hati dan saya jamin seratus persen rasanya pasti sama!”
“Kamu memang perempuan keras kepala, Lysa!”
” Dan kamu adalah lelaki yang selalu membesar-besarkan sesuatu!”
Kami terdiam beberapa saat. Saling menunggu. Kami berdua memang sama-sama egois dan tak pernah mau mengalah satu sama lain. Entah faktor apa yang membuat kami masih bisa bersama.
” Lysa, cukup. Saya tidak mau bertengkar dengan kamu, ” Cakra akhirnya membuka suara.
” Saya juga, Cakra!”
“…”
“Lysa?”
“Ya?”
“Maaf…”
“Saya juga minta maaf, “
“…”
” Curhatnya?”
“Besok saja. Saya sudah tidak mood. Hoaaaaahhhhhmmmmmm, bertengkar dengan kamu sangat menguras energi. Saya jadi ngantuk!”
” Padahal hal yang sepele ya? Pertengkaran bodoh memang…”
“hahahahaha”
” Lysa, jangan lupa pakai selimut. Udara dingin. Kalau bronhitis kamu kambuh, entar saya yang repot…”
“Kamu juga jangan lupa pakai losion anti nyamuk. Kamu kan jarang bersih-bersih, jadi nyamuknya banyaaakkk….”
“haha. Dasar!”
“Kamu tahu darimana?” Jawab Cakra serak. Duh, pasti tadi dia sudah tertidur. Hhh, jadi merasa tak enak. Ah, tapi saya harus cerita! Daripada saya bunuh diri karena menyimpan kegelisahan sendiri? Tentu dia bersedia mengorbankan sedikit waktu tidurnya sebentar ketimbang melihat saya sudah tidak bernyawa besok pagi.
“feeling,” tukas saya cepat.
” Kamu membangunkan saya pagi-pagi buta, berkata bahwa dia sedang dekat dengan seseorang, hanya berdasarkan ‘feeling’ kamu yang belum tentu benar itu? Maaf Lysa, saya lelah sekali…Besok saja ceritanya ya?”
“Tunggu, Cakra! Mmm…Maaf, saya tidak bermaksud mengganggu tidur kamu…Biasanya juga kamu masih bangun jam segini. Jadi saya pikir…”
” Memangnya kalau saya biasa belum tidur jam segini, itu berarti saya akan melakukannya tiap hari?”
“Namanya juga kebiasaan, pasti sering dilakukan ‘kan?”
“Tapi bukan berarti setiap hari saya melakukan kebiasaan itu kan? Setiap orang itu berubah, Lysa. Pola hidup, rutinitas, dan kebiasaan mereka pun bisa saja berubah. I also need a break , Lysa..
“Ya sudah sih, jangan marah-marah gitu! Saya kan cuma mau curhat sama kamu! Lagipula saya tadi sudah minta maaf… Ya sudah, maaf menggangu BREAK TIME KAMU! Selamat malam!” ujar saya sambil merenggut.
“Jangan kekanakan, Lysa!”
“Saya tidak kekanakan!”
“Tapi sikap kamu tadi menunjukkan kalau kamu kekanakan!”
” Ohya? Sikap yang mana? Tolong diperjelas, Cakrawala Madya Putra!” Tantang saya.
” Pertama, kamu membangunkan saya pagi-pagi buta hanya untuk curhat hal yang masih belum pasti. Hanya berdasarkan firasat kamu yang belum kamu recheck kebenarannya. Kedua, kamu masih saja pundungan ! Bukannya menyelesikan masalah, malah mau kabur begitu saja. saya tahu besok kamu pasti ingin dirajuk! Ketiga, it’s been months since he left ! Tapi kamu masih berkubang di dalamnya. Tidak mau move on!” Saya tersentak mendengar penjelasan Cakra. Dalam sekejap, dia menelanjangi saya tanpa ampun. Tapi bukan saya anamanya kalau tidak bisa menyerang balik.
” Oke, pertama, firasat saya bukan sembarang firasat! Kamu kok seperti baru kemarin sore mengenal saya ? Kamu tahu kan kalau firasat saya jarang meleset? Kedua, saya mengakhiri pembicaraan justru karena saya tidak ingin mengganggu waktu istirahat kamu! Ketiga, tolong catat ya, saya sudah mencoba, Cakra! Tapi ini masalah hatiu! Kamu sih gampang bilang gitu karena kamu tidak merasakan! Lagipula, setahu saya, patah hati tidak ada hubungannya dengan kedewasaan. Bahkan nenek-nenek pun bisa path hati dan saya jamin seratus persen rasanya pasti sama!”
“Kamu memang perempuan keras kepala, Lysa!”
” Dan kamu adalah lelaki yang selalu membesar-besarkan sesuatu!”
Kami terdiam beberapa saat. Saling menunggu. Kami berdua memang sama-sama egois dan tak pernah mau mengalah satu sama lain. Entah faktor apa yang membuat kami masih bisa bersama.
” Lysa, cukup. Saya tidak mau bertengkar dengan kamu, ” Cakra akhirnya membuka suara.
” Saya juga, Cakra!”
“…”
“Lysa?”
“Ya?”
“Maaf…”
“Saya juga minta maaf, “
“…”
” Curhatnya?”
“Besok saja. Saya sudah tidak mood. Hoaaaaahhhhhmmmmmm, bertengkar dengan kamu sangat menguras energi. Saya jadi ngantuk!”
” Padahal hal yang sepele ya? Pertengkaran bodoh memang…”
“hahahahaha”
” Lysa, jangan lupa pakai selimut. Udara dingin. Kalau bronhitis kamu kambuh, entar saya yang repot…”
“Kamu juga jangan lupa pakai losion anti nyamuk. Kamu kan jarang bersih-bersih, jadi nyamuknya banyaaakkk….”
“haha. Dasar!”
Labels:
Cakra dan Lysa,
Cerita-cerita
Cakra dan Lysa: Percakapan Tentang John Lennon dan Yoko Ono
” Cakra, saya lagi tergila-gila sama pasangan John dan Yoko”
” Saya tahu. Kemarin-kemarin saya lihat akun Tumblr kamu. Di sana ada foto-foto mereka.”
“whoaaaaa…..keren-keren kan? Apalagi waktu mereka jadi cover majalah rolling stones! where can i get that edition, btw? is it an old edition, isn’t? Around 80’s? “
“cari aja di ebay. ada kali”
“oooo….”
“…”
“Cakra, mereka itu keren banget ya….what a legend couple!!! Julukannya aja keren, ‘Pangeran Mistik dari dunia rock and roll dan putri naga yang eksotis dari oriental’…Terus, terus, mereka bikin aksi damai di atas ranjang selama tujuh hari,buat album bareng, lagu ‘The Ballad of Jonh and Yoko’-nya juga keren…”
“kenapa kamu suka pasangan itu? Bukannya Yoko disinyalir sebagai salah satu penyebab hancurnya Beatles? Fans Beatles banyak yang nggak suka lho…bukannya kamu juga suka Beatles?”
“hmm iya si…Tapi itu kan baru desas-desus. Kita kan nggak pernah tau alasan Beatles bubar? John, pas diinterview sama Playboy pernah bilang: sepuluh tahun sudah cukup bagi Beatles untuk terkenal. Saya sudah memberikan semua selama sepuluh tahun itu. Tidak mungkin saya memberi lagi…gitu katanya! Despite of all, kalaupun Yoko adalah satu-satu alasan yang membuat Beatles bubar, bukankah berarti Yoko perempuan hebat dan sangat dicintai John?”
“Maybe…Love is totally blind yet stupid…”
“yang bodoh itu lelakinya atau cintanya? Hahahaha…Saya jadi ingat sebuah pepatah. Lelaki itu paling buta sama harta,kasta, dan wanita….Lihat yang dilakukan Caesar demi mendapatkan Cleopatra?Hmmm…”
“Pasti kamu ingin punya lelaki seperti Jhon, yang terkenal, bertalenta, kaya, dan sangat mencintai Yoko. Meskipun Yoko nggak banyak disukai sama fans nya Beatles, walau banyak yang bilang John deserve better, walau banyak yang bilang Yoko aneh dan mengguna-guna si John…Tapi John nggak peduli! Dia tetap di samping Yoko, membuat Yoko selalu merasa istimewa…”
“No comment about that. Tapi memang semua perempuan ingin dapat lelaki yang seperti itu kan?”
“Jadi alasan kamu tergila-gila sama pasangan itu karena melihat betapa kuatnya cinta mereka meskipun orang lain menghujat dan nggak peduli?”
“Iya…hihi. Oke, Klise memang. Tapi saya memang kagum sama John…Kok bisa-bisanya cinta sama Yoko segitunya? Trus apa ya yang dipunya Yoko sampai dicintain segitu dahsyat sama John?hmm…”
“Kok raut muka kamu berubah?”
“Nope. Dulu, waktu saya masih sama orang itu, saya pernah berpikir untuk jadi The next John Lennon and Yoko Ono lho…hihi. And we will make our song together, and we will make another peace act in bathroom or kitchen maybe?hahaha… and he will always by my side though people are talking shits about our relationship..blablabla…hufff…”
“Ya ada untungnya juga kamu sama dia nggak berlanjut. Kalau berlanjut sampail merit, misalnya, nanti kamu pasti harus sabar melihat dia mati ditembak sama fans maniaknya…hahaha”
“Huh. Dasar menyebalkan!”
” Saya tahu. Kemarin-kemarin saya lihat akun Tumblr kamu. Di sana ada foto-foto mereka.”
“whoaaaaa…..keren-keren kan? Apalagi waktu mereka jadi cover majalah rolling stones! where can i get that edition, btw? is it an old edition, isn’t? Around 80’s? “
“cari aja di ebay. ada kali”
“oooo….”
“…”
“Cakra, mereka itu keren banget ya….what a legend couple!!! Julukannya aja keren, ‘Pangeran Mistik dari dunia rock and roll dan putri naga yang eksotis dari oriental’…Terus, terus, mereka bikin aksi damai di atas ranjang selama tujuh hari,buat album bareng, lagu ‘The Ballad of Jonh and Yoko’-nya juga keren…”
“kenapa kamu suka pasangan itu? Bukannya Yoko disinyalir sebagai salah satu penyebab hancurnya Beatles? Fans Beatles banyak yang nggak suka lho…bukannya kamu juga suka Beatles?”
“hmm iya si…Tapi itu kan baru desas-desus. Kita kan nggak pernah tau alasan Beatles bubar? John, pas diinterview sama Playboy pernah bilang: sepuluh tahun sudah cukup bagi Beatles untuk terkenal. Saya sudah memberikan semua selama sepuluh tahun itu. Tidak mungkin saya memberi lagi…gitu katanya! Despite of all, kalaupun Yoko adalah satu-satu alasan yang membuat Beatles bubar, bukankah berarti Yoko perempuan hebat dan sangat dicintai John?”
“Maybe…Love is totally blind yet stupid…”
“yang bodoh itu lelakinya atau cintanya? Hahahaha…Saya jadi ingat sebuah pepatah. Lelaki itu paling buta sama harta,kasta, dan wanita….Lihat yang dilakukan Caesar demi mendapatkan Cleopatra?Hmmm…”
“Pasti kamu ingin punya lelaki seperti Jhon, yang terkenal, bertalenta, kaya, dan sangat mencintai Yoko. Meskipun Yoko nggak banyak disukai sama fans nya Beatles, walau banyak yang bilang John deserve better, walau banyak yang bilang Yoko aneh dan mengguna-guna si John…Tapi John nggak peduli! Dia tetap di samping Yoko, membuat Yoko selalu merasa istimewa…”
“No comment about that. Tapi memang semua perempuan ingin dapat lelaki yang seperti itu kan?”
“Jadi alasan kamu tergila-gila sama pasangan itu karena melihat betapa kuatnya cinta mereka meskipun orang lain menghujat dan nggak peduli?”
“Iya…hihi. Oke, Klise memang. Tapi saya memang kagum sama John…Kok bisa-bisanya cinta sama Yoko segitunya? Trus apa ya yang dipunya Yoko sampai dicintain segitu dahsyat sama John?hmm…”
“Kok raut muka kamu berubah?”
“Nope. Dulu, waktu saya masih sama orang itu, saya pernah berpikir untuk jadi The next John Lennon and Yoko Ono lho…hihi. And we will make our song together, and we will make another peace act in bathroom or kitchen maybe?hahaha… and he will always by my side though people are talking shits about our relationship..blablabla…hufff…”
“Ya ada untungnya juga kamu sama dia nggak berlanjut. Kalau berlanjut sampail merit, misalnya, nanti kamu pasti harus sabar melihat dia mati ditembak sama fans maniaknya…hahaha”
“Huh. Dasar menyebalkan!”
Labels:
Cakra dan Lysa,
Cerita-cerita
January Nalury
ntuk Naluri Bella Wati yang lahir di bulan Januari.
Berikut ini adalah rahasia bulan kelahirannya :
* Ambisius dan serius
* Suka mengajar dan diajar
* Selalu mencari cacat dan kelemahan orang lain.
* Suka mengkritik
* Pekerja keras dan produktif
* Pandai, rapi dan terorganisir
* Sensitif dan memiliki pemikiran yang dalam
* Tahu cara membahagiakan orang lain
* Pendiam, kecuali pada saat tegang atau ´tersulut´
* Cenderung menutup diri
* Sangat perhatian kepada hal kecil
* Cenderung tidak mudah sakit, tapi lemah terhadap dingin
* Romantis, tapi susah mengungkapkan cinta
* Menyukai anak
* Orang rumahan
* Setia
* Butuh meningkatkan kemampuan sosial
* Mudah cemburu
Berikut ini adalah rahasia bulan kelahirannya :
* Ambisius dan serius
* Suka mengajar dan diajar
* Selalu mencari cacat dan kelemahan orang lain.
* Suka mengkritik
* Pekerja keras dan produktif
* Pandai, rapi dan terorganisir
* Sensitif dan memiliki pemikiran yang dalam
* Tahu cara membahagiakan orang lain
* Pendiam, kecuali pada saat tegang atau ´tersulut´
* Cenderung menutup diri
* Sangat perhatian kepada hal kecil
* Cenderung tidak mudah sakit, tapi lemah terhadap dingin
* Romantis, tapi susah mengungkapkan cinta
* Menyukai anak
* Orang rumahan
* Setia
* Butuh meningkatkan kemampuan sosial
* Mudah cemburu
Labels:
life o life,
Naluri itu...
Cinta=Polaroid?
lagi-lagi bicara soal cinta.
basi memang.
seolah saya melankolis, romantis, serta kartasis.
ah,
tidak naif. saya juga terkadang seperti itu.
atau terlalu sering bersikap seperti itu?
BY THE WAY,
Di sela patah hati, banyak teman yang coba menghibur SAYA. baik dengan kata-kata mereka yang bijak, lelucon yang garing, atau melontarkan kalimat-kalimat yang straight to the point, sedikit menyakitkan, but they were just telling the truth.
Mendengar perjalanan cinta saya yang sering short term seperti summer love, beberapa teman berkomentar:
“Dasar, si Naluri mah pacarannya mingguan. Minggu ini sama si A, dua minggu lagi sama si B.”
Waktu saya bilang saya trauma untuk menjaling hubungan lagi (i mean,it’s not a real traumatic so that i will never dating again in the rest of my life, it’s just, you know, i need time to release those of sucks feelin. to evaluate my self..), teman saya berkata:
“Ah, masa bisa begitu? sebentar lagi juga dapet gantinya…Lo kan suka banyak ngincer cowok”
Hmm,
saya juga heran. i’m not kinda of player. Sebaliknya, saya justru ingin sebuah hubungan yang serius. saya bukan ABG lagi, yang gonta-ganti pacar untuk mengoleksi mantan.!
Tapi setiap pacaran ya gitu, seumur jagung semua. Sekalinya pacaran bertahun-tahun, eh kandas juga di tengah jalan.
Dari semua komentar teman-teman, ada satu komentar teman yang terngiang sampai sekarang. Dia bilang, ” cinta kamu seperti kamera polaroid. Ketika kamu memotret menggunakan polaroid, dalam sekejap hasilnya jepretannya langsung jadi. Tapi tahu kan kalau warna fotonya cepat rusak karena proses kimiawinya yang kilat?
Lalu apa yang salah?
yang salah mungkin karena kamu terburu-buru ingin lihat hasil jepretannya. padahal proses pencetakan itu juga penting biar warna fotonya tahan lama dan tidak cepat bladus.
basi memang.
seolah saya melankolis, romantis, serta kartasis.
ah,
tidak naif. saya juga terkadang seperti itu.
atau terlalu sering bersikap seperti itu?
BY THE WAY,
Di sela patah hati, banyak teman yang coba menghibur SAYA. baik dengan kata-kata mereka yang bijak, lelucon yang garing, atau melontarkan kalimat-kalimat yang straight to the point, sedikit menyakitkan, but they were just telling the truth.
Mendengar perjalanan cinta saya yang sering short term seperti summer love, beberapa teman berkomentar:
“Dasar, si Naluri mah pacarannya mingguan. Minggu ini sama si A, dua minggu lagi sama si B.”
Waktu saya bilang saya trauma untuk menjaling hubungan lagi (i mean,it’s not a real traumatic so that i will never dating again in the rest of my life, it’s just, you know, i need time to release those of sucks feelin. to evaluate my self..), teman saya berkata:
“Ah, masa bisa begitu? sebentar lagi juga dapet gantinya…Lo kan suka banyak ngincer cowok”
Hmm,
saya juga heran. i’m not kinda of player. Sebaliknya, saya justru ingin sebuah hubungan yang serius. saya bukan ABG lagi, yang gonta-ganti pacar untuk mengoleksi mantan.!
Tapi setiap pacaran ya gitu, seumur jagung semua. Sekalinya pacaran bertahun-tahun, eh kandas juga di tengah jalan.
Dari semua komentar teman-teman, ada satu komentar teman yang terngiang sampai sekarang. Dia bilang, ” cinta kamu seperti kamera polaroid. Ketika kamu memotret menggunakan polaroid, dalam sekejap hasilnya jepretannya langsung jadi. Tapi tahu kan kalau warna fotonya cepat rusak karena proses kimiawinya yang kilat?
Lalu apa yang salah?
yang salah mungkin karena kamu terburu-buru ingin lihat hasil jepretannya. padahal proses pencetakan itu juga penting biar warna fotonya tahan lama dan tidak cepat bladus.
Labels:
celoteh busuk,
cinta
Cinta Itu...
Saya tidak bisa membedakan apa itu cinta, suka, sayang, kagum, atau apapun itu namanya. Satu hal yang saya tahu, semua itu bercampur aduk menjadi sebuah pengalaman penuh warna. Kadang, warna biru yang meneduhkan muncul. Tak lama berselang, warna jingga yang menghangatkan datang menghampiri. Kemudian, si merah tiba-tiba menyalak-nyalak!Abu-abu menyamarkan segala suasana. Akhirnya, si hitam membawa kepiluan di akhir cerita….Kejadian pun berulang demikian di kemudian hari.
Ini hanya perspektif saya dalam memandang cinta atau apapun itu namanya.
Bisa sangat berbeda dengan kalian
Ini hanya perspektif saya dalam memandang cinta atau apapun itu namanya.
Bisa sangat berbeda dengan kalian
Labels:
celoteh busuk,
cinta
Subscribe to:
Posts (Atom)