Friday, February 5, 2010

Cakra dan Lysa: "Vakum"

Sudah lama saya tidak bertemu dengan Cakra. Rasanya sudah bertahun-tahun saya tidak berbicara dengannya. Padahal baru beberapa lama saja kami tidak saling menyapa. Saya sedang sibuk (jelas itu bohong, saya hanya sok sibuk). Mengisi liburan dengan hal-hal yang lebih bermanfaat, meningkatkan kualitas hidup serta mengembangkan potensi diri yang sempat stagnan, serta relaksasi diri dengan berlibur bersama kawan-kawan lama. Lumayan, menghilangkan penat dan sakitnya patah hati. Otomatis Cakra menjadi prioritas saya yang kesekian. Hmm, bukannya saya melupakan dia. Tidak, sama sekali bukan. Belakangan kami justru terlalu sering bersama. Justru inilah satu-satunya kesempatan kami untuk “vakum”. “Izinkan saya untuk berkegiatan di luar hidup saya bersama kamu, Cakra! Dan saya akan membiarkan kamu menyelami duniamu, bahkan tertidur lelap bersamanya…” ujar saya. Cakra setuju. Lagipula dia nampak lelah menjadi “tong sampah” saya melulu. Lalu kami pun berjanji untuk tidak saling mengontak. Baik lewat telpon, sms, YM, Facebook, merpati pos, telegram,bahkan lewat telepati sekalipun.

Setelah berkubang dengan me time. saya tiba-tiba rindu padanya. Saya rindu berbincang dengannya. Mengeluarkan isi otak saya yang kadang penuh dengan hal remeh-temeh sampai hal-hal kompleks yang bahkan untuk mengungkapkannya saja membutuhkan tenaga ekstra. Berbicara tentang perasaan-perasaan. Saling mengejek. Saling melontarkan lelucon garing dan mengumpat dengan kata-kata sarkastik. Mencium harumnya. Terbatuk-batuk karena kepulan asap Amild yang dihembuskannya. Memandang wajahnya yang ganteng ketika sedang memainkan gitar, mengotak-atik EOS 450 D-nya, atau ketika serius mendesain dan mengedit sesuatu di depan laptopnya (yang kemudian berubah menjadi tampang bloon dan bodoh ketika mencoba menghibur saya dengan ber-lip sync dari mulai lagu-lagu lawas sampai lagu paling happening, menirukan aksi power rangers ketika berperang, serta melakukan gerakan-gerakan aneh yang dia sebut sebagai “Gerakan-Penggugah-Semanga t-dan-Tawa” yang merupakan campuran dari senam Poco-poco, SKJ, Capoeira, Jaipongan, Goyang dandut, dan balet). Atau bahkan hanya untuk bertemu,say hello, kemudian melanjutkan pekerjaan masing-masing.

Hari ini, kami bertemu lagi. Kami berjumpa sore hari di sebuah perbukitan di kawasan Lembang. Kenapa tempat itu? Alasannya simpel. Dia suka dataran tinggi yang dingin dan saya suka melihat suasana senja ketika matahari akan terbenam. Jadi tempat itu adalah tempat yang sangat cocok. Alasan lain, karena kami sedang tidak punya uang untuk tepang sono di kafe atau resto

Seperti dua orang yang telah dipisahkan beribu-ribu tahun lamanya, kami pun mulai melepas rindu. Menceritakan setiap kejadian yang kita alami ketika “vakum”. Tertawa sampai mata berair dan perut sakit. Saling mengumpat. Bersenandung lagu-lagu favorit. Cakra merokok dan minum soda. Saya mengulum lolipop dan minum teh hijau dalam kemasan.

Kadang-kadang kita memang perlu break. Vakum sejenak dari rutinitas. Dari kebiasaan. Vakum memang terjadi karena kita bosan dan jenuh dengan hal yang itu-itu saja. Tapi bukan berarti kita tidak akan kembali lagi pada hal itu. Vakum hanya sebuah strategi agar kita tidak hidup seperti bom waktu,yang meledak setelah terendap begitu lama. Vakum untuk me-recharge diri tak ada salahnya. Dianjurkan malah. Yang diharamkan adalah ketika sudah vakum, kita enggan untuk kembali ke tempat semula. Itu berarti kita tidak pernah mencoba mempertahankan apa yang sudah kita dapatkan. Atau kita hanya orang egois yang tidak pernah puas dengan apa yang sudah kita peroleh. Hah, tapi manusia memang seperti itu sih. Jadi ya susah juga.

Tapi dari “vakum” ini, justru saya mendapatkan pelajaran. Saya akan terus menjaga orang-orang yang sudah hadir di hidup saya,yang sudah menjadi bagian di sela-sela rutinitas saya. Karena ternyata mereka sangat berarti. Pada awalnya mungkin saya tak merasa, tapi setelah mereka “pergi”, saya merasa sangat kehilangan. Berarti memang benar pepatah yang mengatakan bahwa “you never know what you got till it’s gone”. Ah, Sungguh tepang sono yang sangat membahagiakan. Begitu sederhana, tapi melekat dalam hati.

0 comments: