Friday, February 5, 2010

Cakra dan Lysa: Ayunan, Gula Kapas, dan Zebra Cross

Minggu Pagi.
Saya sedang asyik menonton Doraemon di televisi ketika sebuah sms masuk ke ponsel saya.

Drpd nonton Doraemon, mending temenin sy mkn bu2r Pak Amin.


sender: Cakra


Melihat sms itu saya langsung terkejut.

#! Cakra meng-sms saya lagi setelah menghilang akhir-akhr ini!
#2 Kok Cakra tahu saya sedang nonton kartun?
#3 Minta temenin makan bubur Pak Amin? Lho itu kan tukang bubur di depan jalan menuju rumah saya?

JANGAN-JANGAN!

Tanpa ba-bi-bu lagi saya langsung mematikan TV dan bergegas keluar rumah. Kemudian saya berjalan ke ujung jalan. Di sana, di samping sebuah gerobak tukang bubur, saya melihat dua manusia sedang menyantap bubur sambil asyik bercakap-cakap.

“Cakra, ngapain kamu di sini???” tanya saya heran.

“Makan buburlah. Ngapain lagi?” jawab Cakra asal.

“Ngapain makan bubur jauh-jauh segala? Emang di daerah kosan kamu nggak ada yang jualan bubur?”

” Habis bubur di sini katanya enak. Ibu kamu juga bilang gitu. Iya kan Tante?” ujar Cakra sambil meminta persetujuan dari seorang perempuan di samping Cakra. Ya, manusia yang sedari tadi asyik bercakap-cakap dengan Cakra adalah ibu saya. Huh, hampir saja saya menganggap Cakra adalah cenayang karena bisa mengetahui aktivitas orang lain. Tapi sekarang tidak. Rupa-rupanya ibulah yang memberi tahu Cakra kalau saya sedang menonton Doraemon.

“Waktu ibu lagi pesen bubur, tiba-tiba ada yang nyapa dari belakang. Eh, ternyata Cakra…Ya udah atuh , kalian lanjut lagi ngobrolnya ya…Ibu mau pulang dulu. Ntar main dulu ke rumah ya Cakra…” potong Ibu sambil bergegas meninggalkan kami berdua.

For your information, ini memang bukan kali pertama Cakra datang ke rumah saya. Dan dari kunjungan pertama itu, ibu saya langsung suka pada Cakra.

“Cakra pacar kamu?”

“Bukan. Cakra itu temen Lysa, Bu…”

“Ya… kenapa nggak jadi pacar aja? Ganteng ya Cakra…Udah gitu sopan banget. Tipikal anak baik-baik. Ibu suka deh sama Cakra. Kapan-kapan ajak lagi ya main ke rumah…”

Ya begitulah. Cakra, selain misterius dan aneh, juga punya karisma tersendiri. X factor yang membuat dia sangat mudah disukai orang.

“Heh, kok diem aja?” tanya Cakra.

“Ah,eh, apa, kenapa?”

“Nggak. Kamu udah sarapan? Sarapan dulu gih….Habis itu mandi dan langsung ikut saya!” seru Cakra sambil menyuruh saya duduk.

“Ikut kamu? Emang kamu mau kemana?”

” Ah, udah. Jangan banyak tanya. Mang, buburnya satu buat Lysa. Jangan pake kacang, trus sambelnya yang banyak!”


***

“Cakraaaaaaaaaa….kok kamu ngajak saya ke sini???”

“Lho, memang kenapa? Bukannya ini tempat favorit kamu?”

“Bukan, ini tempat kencan impian saya. Dan kamu sudah merusak impian saya, Cakra!”

“Lho kok merusak? Justru saya berusaha mewujudkan impian kamu,”

” Tapi kan saya cuma mau datang ke sini sama someone special! Sama pacar saya kelak,”

“Ya suruh siapa kamu jomblo terus, nggak punya pacar terus…”

“Huh…”

“Ya udah, anggep aja saya pacar kamu. Jadi kencan impian kamu tetap terwujud. Gimana?”

“Huh, dasar orang ini. Ya nggak segampang itulah…”

“Udah ah, bawel. Just enjoy it, Lysa… Yuk, kita masuk ke dalem,”


Setelah membeli tiket, kami langsung masuk ke dalam tempat itu. Dari kejauhan saya bisa melihat puluhan anak kecil sedang menikmati permainan yang ada. Sebagian ada yang asyik main ayunan dan perosotan. Sebagian lagi ada yang asyik naik kereta-keretaan. Begitu melihat ke arah kiri, beberapa anak sedang berfoto ria dengan badut-badut lucu. Ada juga yang sedang membeli gula kapas sambil ditemani ibu-bapaknya. Lagu anak-anak yang terdengar dari pengeras suara membuat suasana tempat ini semakin istimewa.

SELAMAT DATANG DI TAMAN LALU LINTAS !!!

“Aneh banget! Perempuan lain kalau ditanya tempat kencan impian pasti jawabnya; makan malam di resto romantislah, ngeliat sunset di pantailah, ini kok malah di Taman Lalu Lintas???” seru Cakra suatu hari begitu saya menceritakan dimana kencan impian saya.

“Ya itu kan perempuan lain, bukan saya.”

“Kenapa Taman Lalu Lintas?”

“Hmm…kenapa ya? Saya suka aja suasananya. Banyak anak kecil. You know that I really like children. When I was child, my parents used to take me to that place…everytime I go to that place, it recalls me to my childhood memories…”

“Chilldhood…when we just know two words: happiness and hapiness. Hahahahahaha. There’s no obligations, problems, and other shit things. We’re just playin and cryin… Jadi itu alasan kenapa kamu ingin mengajak pacar kamu ke Taman Lalu Lintas? Supaya kamu dan dia hanya merasakan ‘kebahagiaan’? “

“Kinda. Tapi itu bukan sekedar kebahagiaan, Cakra. Rasa bahagia ketika kamu masih kanak-kanak itu berbeda. And it’ll remains till you grow up. Even till you die. Itulah yang ingin saya bagi ke pacar saya. Perasaan-perasaan everlasting seperti itu, “




“Nih buat kamu,” ujar Cakra sembari menyodorkan gula kapas merah muda ke depan muka saya. Saya mengambil gula kapas tersebut dan langsung melahapnya.

“For god sake, i really like this…YUUMMY!!! “

“Hehe, dasar kamu kayak anak kecil. Kesukaanya makan lolipop sama gula kapas…Tapi sama sekali nggak suka es krim dan coklat ya? Aneh.”

“Biarin, suka-suka dong! Eh, ayo kita ke sana!” ujar saya sambil mengajak Cakra ke sebuah ayunan.

“Mana SLR kamu? Fotoin saya doong! Kan cakep tuh, makan gula kapas sambil maen ayunan. Hehehehe…”

“Iya,iya.. Siap bergaya Nona Lysa?”

“Siaaap Pak fotografeerrr!!!”

Hal yang kami lakukan selanjutnya adalah berfoto ria dan melakukan hal-hal kekanakan lainnya. Main ayunan, main perosotan, serta main petak umpet bersama anak-anak yang ada di sana. Tak terasa hari sudah semakin sore. Kami memutuskan untuk pulang. Karena tidak membawa kendaraan, kami pun harus berjalan kaki sampai menemukan angkutan umum yang searah dengan rumah saya.

” What a wonderful date, huh???” ujar Cakra sambil tersenyum.

“Ahahahahahaha…. Yeah. Walaupun kamu sudah merusak kencan impian saya. Tapi nggak apa-apalah. Kamu sudah membayarnya dengan gula kapas dan foto-foto yang keren,hehe… Makasih ya Cakra… “

“Sama-sama Lysa…”

“Cakra?”

“Ya?”

“Kamu kemana aja selama ini? Kok jarang ngehubungin saya? Saya telpon, sms, dan nge-wall nggak pernah dibales. Lagi sibuk ya?”

“Ya, biasa lah…”

“Maaf banget. Bukannya saya mau ikut campur urusan kamu atau apa. Tapi saya khawatir banget. Gimana kalau kamu ternyata tewas di kosan gara-gara kesetrum dan nggak ketauan sama orang-orang? Atau kamu ternyata tersesat di hutan, atau terseret ombak dan terdampar di pulau berhantu? Gimana orang bisa tau dimana kamu berada kalau kamu nggak ngabarin mereka sebelumnya kan?”

“Hahaha. Kamu terlalu banyak nonton sinetron!”

“Tapi bagian saya khawatir itu serius lho…”

“Iya, iya…”

“…”

” Lysa?”

“Ya?”

“Kita mesti nyebrang nih…angkot ke arah rumah kamu ada di sebrang jalan sana,”

“Iya. Saya tau. Terus kenapa?”

“Janga di sini nyebrangnya. Yuk kita ke sana,” kata Cakra sambil mengajak saya ke jalan yang ada tanda zebra crossnya.

“Kalau menyebrang itu harus di zebra cross. Kalau ketabrak, kamu akan dijamin undang-undang lalu lintas karena menyebrang di tempat yang seharusnya…” ujar saya dan Cakra berbarengan. Kami saling pandang dan langsung tertawa. Cakra memang selalu melontarkan kata-kata itu setiap kali kami menyebrang. Tak heran saya sampai hapal dengan kalimat tersebut.

“Lysa?”

“Ya? Mau nyuruh saya nyebrang di zebra cross lagi?? Ini kan kita udah nyebrang di zebra cross,”

” Saya udah jadian,” kata Cakra datar.

Saya terkejut. Saking terkejutnya sampai tidak bisa berkata-kata. Speechless. Untung Cakra buru-buru menggiring saya ke tepi jalan. Kalau tidak, saya mungkin sudah ketabrak.

“Lysa? Kamu bai-baik saja kan? Maaf baru ngasih tahu sekarang…”

“Eh,eh, baik kok. Wah, kamu udah jadiaaaan!!! Selamaaat yaaaa Cakra, ting ting ting!!! Akhirnya, setelah tiga tahun menjomblo, kamu dapat pacar juga!!! Berarti persepsi saya yang menganggap kamu homo itu salah! Hihihihiihi” cerocos saya panjang lebar. Pura-pura bahagia.

“Enak aja! Saya normal tau!”

“Heheheh. Anak mana emang? Hmmm, pantesan aja kamu ngilang belakangan ini. Rupa-rupanya ada yang lagi sibuk pedekate…lalalalala”

“Satu kampus juga kok sama kamu. Tapi dia di Jatinangor. Anak fikom.”

“Berarti mesti bulak-balik Jatinangor-Taman Sari dong? Wah, anak fikom ya. Pasti cantik deh. Kan anak fikom cantik-cantik. Nyambung juga sama kamu yang anak DKV. Kenalin dong sama saya!” demi tuhan saya tidak tahu apa yang sedang saya bicarakan. I’m out of control.

“Hahahaha. Ga apa-apalah. Cari suasana baru. Iya gampang ntar saya kenalin,”

“Eh, angkotnya udah ada tuh. Saya pulang dulu ya! Jangan lupa kenalin saya sama pacar baru kamu! Pajak jadiannya jangan lupa!!!” ujar saya sambil menyetop sebuah angkot.

“Saya anterin ya?”

“Aduh nggak usah, Cakra! Saya kan bisa pulang sendiri..oke,oke, dadaaaah…jangan lupa PJ! Salam buat pacar baru kamu ya…” jawab saya sambil menaiki angkot.

Tiba-tiba ada perasaan aneh dalam diri saya. Tak lama kemudian pandangan saya kabur. Sesuatu yang panas mengalir dari mata saya. Air mata.

0 comments: