Friday, February 5, 2010

Cakra dan Lysa: Pertengkaran Bodoh di Pagi Buta

” Cakra, dia sedang dekat dengan seseorang,” Kata saya. Sekarang jam dua pagi dan lagi-lagi saya belum terlelap. Belakangan hidup saya memang kacau balau. Malam jadi siang, siang jadi malam. Mungkin sebentar lagi saya akan bertransformasi menjadi makhluk nokturnal. Berteman denagan kalong, sundel bolong, maling, dan tukang clubbing- sebab mereka-mereka ini yang masih melek pagi-pagi buta.

“Kamu tahu darimana?” Jawab Cakra serak. Duh, pasti tadi dia sudah tertidur. Hhh, jadi merasa tak enak. Ah, tapi saya harus cerita! Daripada saya bunuh diri karena menyimpan kegelisahan sendiri? Tentu dia bersedia mengorbankan sedikit waktu tidurnya sebentar ketimbang melihat saya sudah tidak bernyawa besok pagi.

“feeling,” tukas saya cepat.

” Kamu membangunkan saya pagi-pagi buta, berkata bahwa dia sedang dekat dengan seseorang, hanya berdasarkan ‘feeling’ kamu yang belum tentu benar itu? Maaf Lysa, saya lelah sekali…Besok saja ceritanya ya?”

“Tunggu, Cakra! Mmm…Maaf, saya tidak bermaksud mengganggu tidur kamu…Biasanya juga kamu masih bangun jam segini. Jadi saya pikir…”

” Memangnya kalau saya biasa belum tidur jam segini, itu berarti saya akan melakukannya tiap hari?”

“Namanya juga kebiasaan, pasti sering dilakukan ‘kan?”

“Tapi bukan berarti setiap hari saya melakukan kebiasaan itu kan? Setiap orang itu berubah, Lysa. Pola hidup, rutinitas, dan kebiasaan mereka pun bisa saja berubah. I also need a break , Lysa..

“Ya sudah sih, jangan marah-marah gitu! Saya kan cuma mau curhat sama kamu! Lagipula saya tadi sudah minta maaf… Ya sudah, maaf menggangu BREAK TIME KAMU! Selamat malam!” ujar saya sambil merenggut.

“Jangan kekanakan, Lysa!”

“Saya tidak kekanakan!”

“Tapi sikap kamu tadi menunjukkan kalau kamu kekanakan!”

” Ohya? Sikap yang mana? Tolong diperjelas, Cakrawala Madya Putra!” Tantang saya.

” Pertama, kamu membangunkan saya pagi-pagi buta hanya untuk curhat hal yang masih belum pasti. Hanya berdasarkan firasat kamu yang belum kamu recheck kebenarannya. Kedua, kamu masih saja pundungan ! Bukannya menyelesikan masalah, malah mau kabur begitu saja. saya tahu besok kamu pasti ingin dirajuk! Ketiga, it’s been months since he left ! Tapi kamu masih berkubang di dalamnya. Tidak mau move on!” Saya tersentak mendengar penjelasan Cakra. Dalam sekejap, dia menelanjangi saya tanpa ampun. Tapi bukan saya anamanya kalau tidak bisa menyerang balik.

” Oke, pertama, firasat saya bukan sembarang firasat! Kamu kok seperti baru kemarin sore mengenal saya ? Kamu tahu kan kalau firasat saya jarang meleset? Kedua, saya mengakhiri pembicaraan justru karena saya tidak ingin mengganggu waktu istirahat kamu! Ketiga, tolong catat ya, saya sudah mencoba, Cakra! Tapi ini masalah hatiu! Kamu sih gampang bilang gitu karena kamu tidak merasakan! Lagipula, setahu saya, patah hati tidak ada hubungannya dengan kedewasaan. Bahkan nenek-nenek pun bisa path hati dan saya jamin seratus persen rasanya pasti sama!”

“Kamu memang perempuan keras kepala, Lysa!”

” Dan kamu adalah lelaki yang selalu membesar-besarkan sesuatu!”

Kami terdiam beberapa saat. Saling menunggu. Kami berdua memang sama-sama egois dan tak pernah mau mengalah satu sama lain. Entah faktor apa yang membuat kami masih bisa bersama.

” Lysa, cukup. Saya tidak mau bertengkar dengan kamu, ” Cakra akhirnya membuka suara.

” Saya juga, Cakra!”

“…”

“Lysa?”

“Ya?”

“Maaf…”

“Saya juga minta maaf, “

“…”

” Curhatnya?”

“Besok saja. Saya sudah tidak mood. Hoaaaaahhhhhmmmmmm, bertengkar dengan kamu sangat menguras energi. Saya jadi ngantuk!”

” Padahal hal yang sepele ya? Pertengkaran bodoh memang…”

“hahahahaha”

” Lysa, jangan lupa pakai selimut. Udara dingin. Kalau bronhitis kamu kambuh, entar saya yang repot…”

“Kamu juga jangan lupa pakai losion anti nyamuk. Kamu kan jarang bersih-bersih, jadi nyamuknya banyaaakkk….”

“haha. Dasar!”

0 comments: